Sebagai catatan, Shandong Chenming, yang memiliki kapasitas produksi Bleached Hardwood Kraft (BHK) sebesar 3 juta ton dan kertas & kemasan (p&p) sebesar 7 juta ton, terpaksa menghentikan produksi kertasnya pada 2024.
Perusahaan mengalami kerugian operasional mencapai USD29,6 juta pada 2023, sementara pada periode Januari-September 2024, kerugian tercatat sebesar USD8,6 juta.
Ditambah lagi, beban bunga yang tinggi sekitar USD230-240 juta per tahun semakin membebani neraca keuangan perusahaan tersebut.
Target Saham INKP
Lalu bagaimana dengan nasib IKNP di tengah keterbatasan pasokan kertas global? RHB Sekuritas memproyeksi pasokan kertas global yang terbatas justru menjadi peluang IKNP meningkatkan harga jual kertas, sehingga dapat berdampak terhadap kinerja keuangan perseroan.
Secara fundamental, RHB Sekuritas menilai INKP memiliki valuasi yang masih murah. Anggota bursa (AB) ini mematok target price-to-earnings ratio (P/E) INKP sebesar 9x pada 2025, yang berarti saham INKP berada pada diskon 33 persen dibandingkan dengan emiten sejenis.
Dari sisi kinerja, RHB menilai INKP mampu mengalihkan fokus dari ketergangungan pada pertumbuhan harga pulp, terhadap produk hilir.
“Sehingga memberikan harga yang lebih stabil dan pertumbuhan kinerja yang didorong oleh peningkatan volume,” tulis RHB Sekuritas.
Adapun RHB Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi ‘BUY’ untuk saham INKP dengan target harga Rp13.625 per saham. Melihat harga saham perseroan saat ini, terhitung target ini relatif tinggi, sehingga berpotensi menghasilkan capital gain yang cukup signifikan.
Berdasarkan data bursa hingga penutupan Kamis (16/1), saham INKP naik 1,92 persen ke Rp6.650 per saham.
(Febrina Ratna Iskana)