Analis ING menambahkan, risiko tarif impor tembaga telah menyebabkan volatilitas besar dalam selisih harga ini dalam beberapa pekan terakhir, bahkan sempat menembus USD1.000 per ton.
Pelaku pasar memperkirakan harga tembaga masih berpotensi naik, didorong oleh kuatnya permintaan untuk elektrifikasi, sementara pertumbuhan pasokan kemungkinan terbatas akibat kurangnya investasi dalam kapasitas pertambangan selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, pasokan tembaga di China tetap melimpah, dengan stok meningkat menjadi lebih dari 260.000 ton—tiga kali lipat dibanding awal tahun—sementara stok di zona pabean naik dua kali lipat menjadi 33.000 ton.
Analis Nanhua Futures berpendapat, harga logam ini diperkirakan tetap kuat dalam jangka pendek di tengah ketatnya pasokan.
Secara makro, situasi diperkirakan tetap stabil dalam waktu dekat.
Namun, kata mereka, dalam jangka menengah, kebijakan tarif pemerintahan Trump dapat mengurangi permintaan. (Aldo Fernando)