Angka tersebut menunjukkan kontraksi lanjutan pada aktivitas manufaktur AS karena permintaan kembali melemah, output stabil, dan input tetap akomodatif.
Penurunan terlihat pada pesanan baru (45,4 vs 49,1), persediaan (47,9 vs 48,2) dan pesanan simpanan. Selain itu, produksi melambat (50,2 vs 51,3).
Di sisi lain, kebutuhan untuk peralihan energi terbarukan, mobil listrik, dan kecerdasan buatan (AI) memperkuat prospek permintaan tembaga, sehingga menyebabkan lonjakan harga logam industri menuju rekor tertinggi baru.
Melansir Euronews, (15/5), harga tembaga telah melonjak sejak awal tahun ini, naik sebesar 29 persen year-to-date (ytd). Tawaran pengambilalihan oleh BHP kepada Anglo American juga telah menarik perhatian pada sektor pertambangan tembaga.
Namun, rendahnya investasi pada pertambangan logam dasar dapat memperburuk masalah kekurangan pasokan di tahun-tahun mendatang.