Persoalan tersebut ditegaskan Sunarso dapat memengaruhi kemampuan perbankan dalam mengelola kesempatan employment permintaan kredit. Secara siklus, akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara nasional khususnya kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kemudian, konsumsi yang ternyata dikonsumsi melalui e-commerce ternyata barang-barang yang diimpor ternyata, yang menurun itu justru impor bahan baku yang akan dikerjakan di sini, sementara yang impor bahan jadi katakanlah tidak ikut menurun itu berbahaya, karena terhadap kemampuan kita melakukan employment. Jadi ini ini yang harus dicermati dan emploitment yang mempengaruhi terhadap permintaan, dan permintaan ini berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, dan pertumbuhan kredit berpengaruh pada GDP.
Terkait impor, BPS juga melaporkan bahwa pangsa yang paling besar adalah berupa mesin dan peralatan mekanis sebesar 17,13 persen dari total ekspor dan mesin serta perlengkapan elektrik dengan pangsa 14,95 persen.
Bila melihat impor Indonesia berdasarkan penggunaan barang, semua impor yang dilakukan oleh Indonesia mengalami penurunan impor. Contohnya impor barang konsumsi. BPS mencatat impor barang konsumsi sebesar USD14,66 miliar atau turun 10,93 persen dari capaian pada 2019 yang sebesar USD16,45 miliar.
Sedangkan impor bahan baku atau penolong tercatat sebesar USD103,21 miliar atau tergerus minus 18,32 persen dari impor bahan baku pada 2019 yang sebesar USD126,36 miliar. Kemudian, impor barang modal tercatat sebesar USD23,70 miliar atau turun 16,73 persen yoy dari 2019 yang sebesar USD28,47 miliar. (FAHMI)