sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Himbara Minta Pemerintah Waspadai Imbas Penurunan Impor RI di 2020

Market news editor Suparjo Ramalan
27/01/2021 13:00 WIB
Pemerintah diminta waspadai penurunan impor Indonesia di 2020, Hal itu berpengaruh ke kinerja sektor bisnis domestik yang bergantung pada bahan baku luar negeri
Himbara Minta Pemerintah Waspadai Imbas Penurunan Impor RI di 2020. (Foto : MNC Media)
Himbara Minta Pemerintah Waspadai Imbas Penurunan Impor RI di 2020. (Foto : MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah diminta waspadai penurunan impor Indonesia di 2020 oleh Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) Sunarso. Pasalnya, hal itu berpengaruh pada kinerja sektor bisnis dalam negeri yang bergantung pada bahan baku luar negeri.

Dijelaskan Sunarso yang juga Dirut BRI, pada Rabu (27/1/2021), Penurunan impor dinilai berpengaruh besar pada tingkat konsumsi atau permintaan. Artinya, semakin impor Indonesia turun, dipastikan tingkat permintaan dan konsumsi terhadap industri dalam negeri juga menurun. Penurunan itu selanjutnya memberi berpengaruh besar pada tingkat permintaan kredit di perbankan.

"Industri yang banyak menyerap tenaga kerja itu industri tekstil. Itu yang diimpor itu mulai dari mesin, bahan baku, rayon, kemikal, itu impor. Kalau itu yang menurun otomatis kapasitas yang terpakai di dalam negeri menurun, itu artinya harus waspada kita. Itu sangat signifikan pengaruhnya terhadap penurunan konsumsi atau penurunan permintaan," jelas Sunarso dalam gelaran Summit Indonesia 2021, Rabu (27/1/2021).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor Indonesia di 2020 atau dalam periode Januari-Desember tahun lalu sebesar USD141,57 miliar dolar. Nilai tersebut mengalami penurunan yang cukup dalam, yaitu 17,34 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama 2019 yang tercatat USD171,28 miliar.

Sunarso juga meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencermati persoalan tersebut, karena banyaks ektor industri seperti tekstil sangat bergantung pada bahan-bahan impor dan memiliki jumlah tenaga kerja sangat besar.

Persoalan tersebut ditegaskan Sunarso dapat memengaruhi kemampuan perbankan dalam mengelola kesempatan employment permintaan kredit. Secara siklus, akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara nasional khususnya kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Kemudian, konsumsi yang ternyata dikonsumsi melalui e-commerce ternyata barang-barang yang diimpor ternyata, yang menurun itu justru impor bahan baku yang akan dikerjakan di sini, sementara yang impor bahan jadi katakanlah tidak ikut menurun itu berbahaya, karena terhadap kemampuan kita melakukan employment. Jadi ini ini yang harus dicermati dan  emploitment yang mempengaruhi terhadap permintaan, dan permintaan ini berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit, dan pertumbuhan kredit berpengaruh pada GDP.

Terkait impor, BPS juga melaporkan bahwa pangsa yang paling besar adalah berupa mesin dan peralatan mekanis sebesar 17,13 persen dari total ekspor dan mesin serta perlengkapan elektrik dengan pangsa 14,95 persen.

Bila melihat impor Indonesia berdasarkan penggunaan barang, semua impor yang dilakukan oleh Indonesia mengalami penurunan impor. Contohnya impor barang konsumsi. BPS mencatat impor barang konsumsi sebesar USD14,66 miliar atau turun 10,93 persen dari capaian pada 2019 yang sebesar USD16,45 miliar.  

Sedangkan impor bahan baku atau penolong tercatat sebesar USD103,21 miliar atau tergerus minus 18,32 persen dari impor bahan baku pada 2019 yang sebesar USD126,36 miliar. Kemudian, impor barang modal tercatat sebesar USD23,70 miliar atau turun 16,73 persen yoy dari 2019 yang sebesar USD28,47 miliar. (FAHMI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement