sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG dan Rupiah Lesu di Awal Pekan, Harga Emas All Time High

Market news editor Wahyudi Aulia Siregar
20/05/2024 17:19 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Rupiah harus tumbang pada awal pekan ini (20/5). Namun harga emas justru tembus rekor tertinggi sepanjang masa.
IHSG dan Rupiah Lesu di Awal Pekan, Harga Emas All Time High (foto mnc media)
IHSG dan Rupiah Lesu di Awal Pekan, Harga Emas All Time High (foto mnc media)

IDXChannel - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus berakhir di zona merah pada penutupan sesi II perdagangan awal pekan ini (20/5), meski sempat dibuka menguat. IHSG melemah 0,69% ke level 7.266,69.

Pelemahan IHSG terjadi seiring aksi investor asing yang membukukan transaksi beli bersih senilai Rp1,26 triliun. Kinerja IHSG lesu di saat mayorutas Bursa Asia ditutup menguat. 

Pun dengan kurs Rupiah hari ini. Mata uang Garuda ditutup melemah di level 15.970 per USD. Rupiah bahkan sempat terpangkas mendekati level 16.000 per USD, atau tepatnya di level 15.985 per USD.

"Kinerja mata uang Rupiah melemah seiring dengan rilis data neraca pembayaran Indonesia (current account) yang defisit sebesar USD2,2 miliar di kuartal I-2024," kata Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin, Senin (20/5/2024).

Untuk harga emas pada perdagangan sore ini justru ditransaksikan menguat di level USD2.445 per ons troy. Ini sekaligus menjadi capaian tertinggi harga emas sepanjang sejarah. Harga emas masih diuntungkan dengan sejumlah rilis data ekonomi terakhir, khususnya data ekonomi dari AS.

"Buat investor saat ini, emas lebih menarik dibandingkan dengan USD. Selain itu, emas juga diuntungkan dengan memburuknya tensi geopolitik di Timur Tengah hingga Rusia-Ukraina," jelas Gunawan.

Sementara itu, spekulasi terkait penetapan bunga acuan ke depan masih belum menunjukan gambaran yang jelas arahnya seperti apa. Langkah BI yang sebelumnya menaikkan besaran bunga acuan justru memberikan isyarat bahwa suku bunga tinggi akan bertahan untuk waktu yang lama sangat terbuka.

"Ini akan menjadi beban bagi pasar saham. Walaupun Rupiah tidak sepenuhnya dipengaruhi sentimen lokal. Rupiah juga akan dipengaruhi dari dinamika kebijakan suku bunga acuan di negara lainnya," pungkasnya.

(FAY)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement