sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG dan Rupiah Menguat di Awal Pekan Berkat Inflasi Tahunan Diproyeksi Melandai

Market news editor Wahyudi Aulia Siregar
03/06/2024 09:50 WIB
Pada perdagangan awal pekan ini, data inflasi akan menjadi data pembuka dari tanah air yang akan memengaruhi kinerja pasar keuangan. 
IHSG dan Rupiah Menguat di Awal Pekan Berkat Inflasi Tahunan Diproyeksi Melandai. (Foto MNC Media)
IHSG dan Rupiah Menguat di Awal Pekan Berkat Inflasi Tahunan Diproyeksi Melandai. (Foto MNC Media)

IDXChannel - IHSG dan nilai tukar Rupiah mengalami penguatan pada pembukaan perdagangan pagi ini, Senin (3/6/2024). IHSG dibuka menguat di level 7.030, sementara Rupiah ditransaksikan menguat di level Rp16.235 per USD.

Kinerja positif IHSG dan Rupiah ini linier dengan kinerja bursa di Asia ditransaksikan di zona hijau. IHSG dan Rupiah juga berpeluang menguat selama sesi perdagangan hari ini.

Analis Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, pada perdagangan awal pekan ini, data inflasi akan menjadi data pembuka dari tanah air yang akan memengaruhi kinerja pasar keuangan

"Inflasi secara tahunan (year on year/yoy) diproyeksikan akan melandai, dan cenderung menjadi kabar baik bagi pasar keuangan," kata Gunawan dalam keterangannya, Senin (3/6/2024).

Dia menerangkan, data inflasi dari dalam negeri ini begitu ditunggu setelah dari eksternal, data inflasi AS pada akhir pekan kemarin merealisasikan angka yang sesuai dengan ekspektasi. Sekaligus mengukuhkan bahwa kinerja inflasi belum cukup mendorong pemangkasan bunga acuan dalam waktu dekat.

"Selama sepekan, pasar keuangan masih akan menanti data data ekonomi yang diproyeksikan sejauh ini lebih banyak memberikan tekanan pada pasar keuangan di Asia. Untuk IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 6.900 hingga 7.100 dalam sepekan ke depan. Sementara Rupiah berpeluang bergerak dalam rentang Rp15.970-Rp16.150 per USD," jelas dia.

Selanjutnya, di awal pekan ini, lanjut Gunawan, pelaku pasar juga tengah menanti data manufaktur China. Data manufaktur China sebelumnya mengalami kontraksi yang memberi dampak negatif bagi kinerja pasar keuangan di Asia. 

Selain itu, dalam sepekan ke depan akan ada rilis data ekonomi penting lainnya seperti indeks sektor jasa AS serta data ketenaga kerjaan di akhir pekan.

Jika merunut pada kinerja manufaktur China yang mengalami tekanan, serta ekspektasi bahwa data ketenagakerjaan AS masih cukup kuat. Maka pasar keuangan selama sepekan ke depan masih dibayangi kabar yang tidak begitu menggembirakan. 

"Hanya saja dari sisi teknikal, tekanan yang dialami pasar keuangan baik Rupiah dan IHSG akan menahan tekanan lanjutan yang mungkin saja terjadi," pungkasnya. 

Di sisi lain, terang Gunawan, harga emas pada perdagangan hari ini ditransaksikan di kisaran level USD2.329 per ons troy nya. Lebih rendah dibandingkan dengan penutupan kinerja harga emas pada akhir pekan sebelumnya.

"Tekanan pada harga emas menunjukkan bahwa spekulasi besaran bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed) mengarah kepada kemungkinan ditundanya pemangkasan di tahun ini," pungkas Gunawan. 

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement