IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat pada pekan ini. Hal tersebut didorong oleh sejumlah sentimen eksternal dan domestik.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus mengatakan, faktor utama yang akan memengaruhi pergerakan pasar adalah rebalancing indeks The Financial Times Stock Exchange (FTSE) dan keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
"Berdasarkan dengan sentimen yang ada, kami menilai bahwa IHSG berpotensi bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat sepanjang pekan ini dalam rentang support 7.850 hingga resistance 8.150," ujar Indri dalam risetnya, Senin (22/9/2025).
Pada pekan ini, FTSE melakukan penyeimbangan ulang indeksnya, di mana saham DSSA masuk kategori Large Cap, sementara BDMN keluar dari Mid Cap.
Sejumlah saham lainnya seperti KEEN, MIDI, BCAP, MLIA, MLBA, CNMA, CLEO, dan ULTJ juga masuk ke kategori Micro Cap.
Di sisi lain, sentimen dari Amerika Serikat menunjukkan data ekonomi yang beragam, seperti proyeksi penurunan Indeks S&P Global Manufacturing Flash dan perkiraan kenaikan Initial Jobless Claims serta Indeks PCE.
Pasar juga menantikan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang diharapkan memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Proyeksi penguatan ini muncul setelah IHSG mencetak rekor tertinggi baru atau All Time High (ATH) di level 8.068 pada pekan lalu. Secara keseluruhan, IHSG menguat dan ditutup di level 8.015 setelah bergerak dalam rentang support 7.889 dan resistance 8.068.
Investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp1,4 triliun di pasar reguler. Sektor kesehatan menjadi satu-satunya yang melemah yakni 0,19 persen, sementara sektor lain menguat. Sektor industri dan teknologi menjadi penopang utama dengan penguatan masing-masing sebesar 11,01 persen dan 10,18 persen.
Beberapa sentimen penting pekan lalu adalah pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen yang membawa IHSG ke level tertingginya, serta pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin menjadi 4,00-4,25 persen.
Indri menjelaskan, penguatan harga emas dunia yang mencapai All Time High dalam sebulan terakhir menunjukkan pelaku pasar mengantisipasi penurunan nilai dolar AS dan memilih emas sebagai instrumen investasi.
"Hal tersebut disebabkan oleh para pelaku pasar yang mengantisipasi terjadinya penurunan nilai mata uang dolar jika suku bunga diturunkan dan emas menjadi instrumen yang dirasa paling tepat untuk dipilih," kata Indri.
Berikut adalah rekomendasi saham dari Indo Premier Sekuritas (IPOT):
- Buy RATU: Harga saat ini Rp6.400, target harga Rp6.850 (+7,0 persen), stop loss di bawah Rp6.175 (-3,5 persen).
- Buy NCKL: Harga saat ini Rp1.080, target harga Rp1.150 (+6,5 persen), stop loss di bawah Rp1.050 (-2,8 persen).
- Buy on Breakout ASII: Harga saat ini Rp5.725, masuk di Rp5.775, target harga Rp6.125 (+6,1 persen), stop loss di bawah Rp5.650 (-2,2 persen).
- Buy Reksa Dana Saham Premier ETF Perfindo i-Grade (XIPI).
(Dhera Arizona)