"USD-IDR masih dalam tekanan seiring masih derasnya aksi jual asing pada pasar saham dan juga obligasi atau surat utang," kata Angga.
Menurut Angga, risiko repatriasi dana asing setelah pembagian dividen oleh emiten, terutama perbankan, juga dapat memperburuk kondisi nilai tukar rupiah.
Pekan lalu, IHSG mengalami koreksi yang cukup dalam sebesar 4 persen dan ditutup di level 6.258,179 pada Jumat, 21 Maret 2025. Bahkan, IHSG sempat terjun bebas lebih dari 5 persen pada perdagangan sesi pertama Selasa, 18 Maret 2025, yang memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan penghentian perdagangan sementara (trading halt) selama 30 menit.
Angga mengingatkan para pelaku pasar untuk mewaspadai level support IHSG di 6.500 yang telah ditembus, dan kini mengarah ke level psikologis 6.000.
"IHSG terkonfirmasi dalam teritori bearish seiring penurunan lebih dari 20 persen dari titik tertinggi tanggal 19 September 2024 lalu," ujarnya.