IDXChannel – Setiap kali memasuki November, kinerja pasar saham Indonesia kerap tersendat. Data pola musiman (seasonality) menunjukkan, selama sepuluh tahun terakhir, bulan ke-11 menjadi salah satu periode paling berat bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Namun, setelah masa suram itu lewat, indeks hampir selalu kembali bersinar di penghujung tahun berkat efek window dressing.
Sepanjang 2015–2024, IHSG hanya menguat 0,14 persen pada November, dengan peluang kenaikan hanya 30 persen. Pola ini tampak berulang, termasuk pada 2024 ketika indeks anjlok 6,07 persen, mengikuti tren koreksi yang juga sempat terjadi di 2016 dan 2022.
Tekanan di November kerap disebabkan aksi ambil untung menjelang tutup tahun dan rotasi portofolio oleh investor institusi. Namun, pelemahan itu biasanya hanya sementara. Memasuki Desember, IHSG hampir selalu berbalik arah, naik rata-rata 2,63 persen dengan probabilitas penguatan mencapai 80 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)

Fenomena ini dikenal sebagai window dressing, ketika manajer investasi membeli saham untuk mempercantik laporan kinerja tahunan. Tren positif tersebut kerap berlanjut hingga Januari, yang juga memiliki peluang reli cukup besar.