Kinerja impresif ini membuat IHSG berulang kali menembus rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH). Lonjakan tersebut awalnya ditopang oleh kenaikan saham-saham big cap milik konglomerat besar, yang belakangan diperkuat oleh pemulihan saham-saham perbankan utama setelah sempat tertekan aksi jual asing.
Rekor ATH terbaru tercatat pada perdagangan intraday Senin (27/10), ketika IHSG sempat menyentuh level 8.354,67.
Penguatan indeks belakangan terjadi meski investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih lebih dari Rp12,90 triliun selama 6 bulan terakhir.
Reli IHSG banyak ditopang oleh likuiditas domestik yang tetap tinggi, terutama dari investor ritel dan institusi lokal yang aktif masuk ke saham berkapitalisasi besar, terutama konglomerat macam Grup Barito besutan Prajogo Pangestu.
Katalis eksternal turut memperkuat sentimen positif pasar. Keputusan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir Oktober memberi dorongan pada aset berisiko di pasar negara berkembang.