Kenaikan tersebut mencerminkan optimisme investor terhadap ekonomi domestik, meskipun diwarnai ketidakpastian global akibat shutdown pemerintah AS dan fluktuasi harga komoditas.
“Meskipun tercatat ada net sell asing sebesar Rp1,3 triliun, tekanan jual tersebut berhasil diimbangi oleh kuatnya minat beli investor domestik, terutama pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA,” katanya.
Menurut Hari, pasar saham AS mengalami koreksi cukup tajam pekan lalu, dengan indeks S&P 500 melemah 2,7 persen, Nasdaq turun 3,5 persen, dan Dow Jones terkoreksi 1,9 persen.
Pelemahan ini terjadi akibat kekhawatiran terhadap ancaman tarif impor baru terhadap China serta berlanjutnya shutdown pemerintah AS yang menunda rilis data ekonomi resmi.
Meski sempat menguat di awal pekan berkat dorongan saham teknologi, tekanan jual meningkat menjelang akhir pekan.
“Fokus investor pekan depan akan tertuju pada musim laporan keuangan yang dimulai oleh Citigroup dan JPMorgan. Namun secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melemah di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan tensi perdagangan,” kata Hari.
Dari dalam negeri, sejumlah kebijakan juga akan memengaruhi arah pasar. Pemerintah berencana mengalihkan sisa dana Rp15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19 persen, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) guna memperkuat likuiditas sektor perbankan daerah.