sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Pekan Ini Berpotensi Terkoreksi, Ketegangan Dagang AS-China Jadi Tekanan Utama

Market news editor Anggie Ariesta
13/10/2025 06:15 WIB
IHSG berpotensi terkoreksi dalam sepekan ke depan, dipicu oleh tekanan dari faktor eksternal.
IHSG Pekan Ini Berpotensi Terkoreksi, Ketegangan Dagang AS-China Jadi Tekanan Utama
IHSG Pekan Ini Berpotensi Terkoreksi, Ketegangan Dagang AS-China Jadi Tekanan Utama

IDXChannel - PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkoreksi dalam sepekan ke depan, dipicu oleh tekanan dari faktor eksternal, terutama meningkatnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Kebijakan tarif baru yang diterapkan AS dinilai dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global dan mendorong kenaikan harga emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah menilai dinamika global tersebut dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) serta meningkatkan risiko keluarnya dana asing (foreign outflow) dari pasar saham domestik.

“IHSG diprediksi berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resistance terdekat di 8.272. Pelaku pasar disarankan bersikap defensif, fokus pada saham berfundamental kuat, dan menerapkan strategi buy on weakness secara selektif,” kata Hari dalam risetnya, Senin (13/10/2025).

Hari menambahkan, potensi koreksi IHSG muncul setelah sepanjang pekan lalu (6–10 Oktober 2025) indeks mencatatkan rekor tertinggi baru di level 8.272 pada Kamis (9/10/2025). 

Kenaikan tersebut mencerminkan optimisme investor terhadap ekonomi domestik, meskipun diwarnai ketidakpastian global akibat shutdown pemerintah AS dan fluktuasi harga komoditas.

“Meskipun tercatat ada net sell asing sebesar Rp1,3 triliun, tekanan jual tersebut berhasil diimbangi oleh kuatnya minat beli investor domestik, terutama pada saham-saham konglomerat seperti RAJA, TINS, CUAN, dan CDIA,” katanya.

Menurut Hari, pasar saham AS mengalami koreksi cukup tajam pekan lalu, dengan indeks S&P 500 melemah 2,7 persen, Nasdaq turun 3,5 persen, dan Dow Jones terkoreksi 1,9 persen. 

Pelemahan ini terjadi akibat kekhawatiran terhadap ancaman tarif impor baru terhadap China serta berlanjutnya shutdown pemerintah AS yang menunda rilis data ekonomi resmi.

Meski sempat menguat di awal pekan berkat dorongan saham teknologi, tekanan jual meningkat menjelang akhir pekan.

“Fokus investor pekan depan akan tertuju pada musim laporan keuangan yang dimulai oleh Citigroup dan JPMorgan. Namun secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melemah di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan tensi perdagangan,” kata Hari.

Dari dalam negeri, sejumlah kebijakan juga akan memengaruhi arah pasar. Pemerintah berencana mengalihkan sisa dana Rp15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19 persen, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) guna memperkuat likuiditas sektor perbankan daerah.

Selain itu, kebijakan baru yang membuka peluang bagi koperasi dan UMKM untuk mengelola tambang hingga 2.500 hektare dinilai dapat memperluas partisipasi ekonomi masyarakat di sektor sumber daya alam. 

Pemerintah juga menyerahkan enam smelter beserta aset sitaan negara kepada PT Timah (TINS) sebagai langkah konkret dalam pemberantasan tambang ilegal.

“Di tengah ketegangan dagang dan volatilitas global, investor disarankan menjaga portofolio secara seimbang antara saham defensif dan instrumen pendapatan tetap,” kata Hari.

Untuk menghadapi potensi koreksi pekan ini (13–17 Oktober 2025), IPOT memberikan beberapa rekomendasi saham pilihan:

CDIA — Buy (Entry: 2.320, Target Price: 2.670, Stop Loss: 2.140).
ANTM — Buy (Entry: 3.310, Target Price: 3.600, Stop Loss: 3.190).
SSIA — Buy (Entry: 2.090, Target Price: 2.320, Stop Loss: 1.970).

Selain itu, Obligasi PBS38 dan PBS3 — Instrumen pendapatan tetap juga direkomendasikan di tengah ketidakpastian global.

(Nur Ichsan Yuniarto)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement