IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor tertinggi (ATH) baru pada Selasa (23/9/2025).
Analis pun menyoroti sejumlah emiten konglomerat yang tengah mencuri perhatian pasar berkat aksi korporasi maupun potensi masuk ke indeks global.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup naik 1,06 persen ke level 8.125,20, rekor tertinggi sepanjang masa. Sebanyak 418 saham naik, 267 turun, dan 272 sisanya stagnan.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp31,62 triliun dan volume perdagangan 57,72 miliar saham.
Dengan ini, indeks acuan tersebut sudah meningkat 2,10 persen dalam sepekan, 2,50 persen dalam sebulan, dan 19,71 persen selama tiga bulan terakhir.
Di tengah pencapaian rekor IHSG, pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan sejumlah saham konglomerat yang menarik untuk dicermati oleh investor.
“Misalnya, PTRO dan BREN. Kita lihat begitu rutin Prajogo Pangestu melakukan restrukturisasi kepemilikan saham, dalam mengatur jumlah free float,” ujar Michael, Selasa (23/9/2025).
Ia juga menyoroti emiten energi milik Sinarmas. “Kemudian ada DSSA yang terlihat setelah masuk ke MSCI dan FTSE tidak terkoreksi dalam,” imbuh Michael.
Michael menyebut sejumlah nama dari Grup Bakrie yang tengah mencuri perhatian. “BRMS, BUMI, dan DEWA. Salah satunya BRMS yang berhasil masuk ke dalam indeks VanEck Gold Miners ETF (GDX),” katanya.
Menurut dia, potensi BRMS masih terbuka lebar. “Dan masih ada potensi untuk BRMS masuk ke MSCI dan FTSE jika berada di atas angka Rp600 di November ini,” tutur Michael.
Michael juga mengingatkan aksi korporasi DEWA. “DEWA dengan aksi korporasinya, yaitu bonds convert to equity,” demikian kata Michael.
Sebagai gambaran, saham PTRO baru saja mencetak rekor baru dengan kenaikan 47,37 persen dalam sepekan. BREN juga ikut menguat 1,69 persen pada periode yang sama.
Sementara itu, DSSA naik 4,59 persen, BRMS melonjak 19,13 persen, BUMI 21,74 persen, dan DEWA 20,54 persen dalam sepekan terakhir.
Kabar dalam negeri terbaru, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2026 dalam Rapat Paripurna ke-5, Selasa (23/9/2025).
Dalam APBN 2026, disepakati pendapatan negara sebesar Rp3.153,58 triliun dan belanja negara sebesar Rp3.842,73 triliun.
Angka-angka ini menghasilkan defisit sebesar Rp689,15 triliun atau 2,68 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, keseimbangan primer ditetapkan pada angka Rp89,71 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap terkendali di bawah 3 persen.
Sementara itu, target Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai defisit 0 persen dicapai dalam jangka panjang. Menurutnya, pengelolaan defisit harus dilakukan secara countercyclical, menyesuaikan kondisi perekonomian.
"Tetap masih di bawah 3 persen. Kita jaga di bawah 3 persen. Jadi masih amat prudent," kata Purbaya dalam konferensi pers usai rapat paripurna DPR tentang pengesahan RAPBN 2026, Selasa (23/9/2025).
Purbaya mengingatkan batas defisit 3 persen dan rasio utang 60 persen terhadap PDB yang selama ini dipakai Indonesia merupakan standar ketat dunia berdasarkan Maastricht Treaty.
Pasar saham global, termasuk Indonesia, masih mendapat dukungan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) setelah pelonggaran pekan lalu.
Kontrak berjangka (futures) memperkirakan peluang sekitar 90 persen untuk pemangkasan suku bunga The Fed seperempat poin pada Oktober, dan peluang 75 persen untuk pelonggaran pada Desember. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.