Selain faktor musiman, pelemahan IHSG di Mei juga bisa dipicu oleh berbagai faktor eksternal, seperti terkait kebijakan suku bunga global, ketegangan dagang dan geopolitik, serta kondisi ekonomi domestik yang sedang dievaluasi pelaku pasar.
Mitos dan Peluang
Founder WH Project William Hartanto menilai ada potensi bagi IHSG untuk melanjutkan penguatan. Ia menjelaskan, “Ini karena belum terlihat adanya tekanan jual pada saham-saham big caps, sehingga belum terindikasi kondisi jenuh beli pada IHSG.”
Menurut William, fenomena Sell in May bukanlah sentimen yang berbahaya.
Ia menambahkan, “Secara historis, hanya terjadi pelemahan terbatas yang kemudian dibalas dengan uptrend di Juni. Jadi, menurut saya korelasinya semakin lemah karena sudah banyak pelaku pasar yang aware dengan kondisi ini dan mengambil peluang belanja saham jika terjadi pelemahan di Mei.”
Lebih lanjut, ia menyarankan agar investor mencermati sektor-sektor tertentu. “Potensial untuk diperhatikan adalah sektor tambang, khususnya nikel dan emas, lalu sektor properti untuk momentum technical rebound,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan bahwa secara statistik, koreksi IHSG di Mei memang kerap terjadi.