Market Watch
Last updated : 15:15 WIB 21/03/2023

Data is a realtime snapshot, delayed at least 10 minutes

Major Indexes
  • IHSG
  • 6,691.61
  • +79.12
  • +1.2%
  • LQ45
  • 929.99
  • +14.42
  • +1.58%
  • IDX30
  • 485.28
  • +7.75
  • +1.62%
  • JII
  • 560.74
  • +5.66
  • +1.02%
  • HSI
  • 20,037.22
  • +445.79
  • +2.28%
  • NYSE
  • 14,741.08
  • -244.87
  • -1.63%
  • STI
  • 3,218.72
  • -2.26
  • -0.07%
Currencies
  • USD-IDR
  • 15,339
  • 0.00%
  • 0
  • HKD-IDR
  • 1,953
  • 0.00%
  • 0
Commodities
  • Emas
  • 970,835
  • -0.52%
  • -5,050
  • Minyak
  • 1,047,040
  • +0.92%
  • +9,510

Income Investor, Yuk Pilih Saham Royal Dividen di Era Bunga Tinggi

Market news
Melati Kristina - Riset
03/10/2022 06:30 WIB
Suku bunga acuan BI kembali naik di tengah naiknya suku bunga The Fed. Ini jadi pertimbangan investor untuk berinvestasi di deposito, obligasi, maupun saham.
Income Investor, Yuk Pilih Saham Royal Dividen di Era Bunga Tinggi. (Foto: MNC Media)
Income Investor, Yuk Pilih Saham Royal Dividen di Era Bunga Tinggi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Bank sentral global beramai-ramai mengerek suku bunga acuan demi menekan angka inflasi yang meninggi. Hal tersebut turut berdampak pula terhadap tingkat imbal hasil aset investasi, mulai dari deposito sampai saham.

Bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), misalnya, kembali menaikkan suku bunga. Hal tersebut kemudian disusul dengan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk turut menaikkan suku bunga acuan yang berdampak luas bagi perekonomian.

Adapun Investing.com mencatat, The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi kisaran 3,00 persen-3,25 persen atau naik sebesar 75 basis poin (bps). Ini merupakan level tertinggi sejak 2008 lalu.

Menyusul keputusan The Fed, berbagai negara juga dilaporkan menaikkan suku bunga acuan mereka, tak terkecuali Indonesia. BI turut menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Di Inggris, Bank of England (BOE) juga menaikkan suku bunga dasarnya sebesar 0,5 poin menjadi 2,25 persen sebagai dampak dari tingginya inflasi di negara tersebut yang mencapai 9,9 persen.

Kenaikan suku bunga tentunya berdampak luas bagi kegiatan perekonomian.

Di dalam negeri, misalnya, naiknya suku bunga dapat menyebabkan pertumbuhan kredit perbankan terganggu sebab bunga kredit bank turut meningkat sehingga masyarakat enggan mengambil pinjaman di bank.

Di samping itu, perbankan saat ini masih menghadapi restrukturisasi pinjaman pasca pandemi Covid-19 di mana terdapat debitur yang belum mampu melakukan pembayaran kredit meski sudah diberikan relaksasi.

Kenaikan suku bunga berarti turut menaikkan bunga deposito yang menjadi kabar baik bagi masyarakat yang menyimpan uangnya di deposito. Naiknya bunga deposito sebagai penyesuaian dari naiknya suku bunga acuan dari bank sentral.

Adapun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan, bunga deposito perbankan akan naik dari 10 hingga 15 poin suku bunga deposito pada akhir tahun ini.

Data LPS per September mencatat, saat ini bunga deposito simpanan rupiah untuk Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) I berada di level 2,7 persen, sedangkan KBMI II sebesar 2,34 persen, serta KBMI III dan IV masing-masing mencapai 2,05 persen dan 1,88 persen.

Berdasarkan pengelompokkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), KBMI I untuk bank yang modal intinya kurang dari Rp6 triliun. Kemudian untuk KBMI II adalah kelompok bank dengan modal inti mencapai Rp6 triliun-Rp14 triliun.

Sementara KBMI III adalah kelompok bank yamg modal intinya Rp14 triliun-Rp70 triliun. Terakhir yaitu KBMI IV yakni bank dengan modal inti lebih dari Rp70 triliun, yang terdiri dari bank big four Tanah Air.

Adu Cuan Investasi Deposito-Obligasi Vs Saham

Per Rabu (28/9), besaran rata-rata suku bunga deposito rupiah perbankan di big four bank Tanah Air dalam kurun 12 bulan berkisar antara 1,90 persen hingga 3 persen.

Adapun Bank Mandiri mencatatkan persentase rata-rata suku bunga deposito rupiah terbesar yakni mencapai 3 persen. Kemudian disusul dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yaitu sebesar 2,75 persen.

Sementara rata-rata suku bunga deposito big four perbankan lainnya, Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Central Asia (BCA) masing-masing berada di angka 2,50 persen dan 1,90 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Berinvestasi pada deposito memiliki kelebihan seperti risiko kerugian yang lebih kecil dari fluktuasi pasar. Adapun LPS juga akan menjamin dana nasabah bila bank tempat menyimpan uang mengalami kebangkrutan, dengan syarat bank tersebut harus menjadi anggota LPS.

Meski dari segi keamanan investasi deposito lebih unggul, menyimpan uang di deposito rentan terkena inflasi yang tinggi karena meski nilai bunga yang diberikan tinggi, akan tetap tergerus inflasi sehingga tidak menambah keuntungan nasabah.

Selain itu, dibandingkan jenis investasi lainnya seperti saham maupun obligasi, yield  (imbal hasil) dari deposito tergolong paling rendah.

Sebagai perbandingan, yield obligasi pemerintah RI tenor 10 tahun per Rabu (28/9), menurut data Investing, lebih tinggi dari deposito, yakni mencapai 7,52 persen.

Berinvestasi di obligasi juga menguntungkan untuk tabungan jangka panjang serta lebih aman dan terpercaya bila memilih obligasi pemerintah. Terlebih, risikonya juga lebih rendah dibanding berinvestasi di saham.

Melihat plus minus memegang deposito dan/atau obligasi di atas, bagaimana dengan berinvestasi di saham yang doyan bagikan dividen jumbo?

Kendati pergerakannya sangat fluktuatif, berinvestasi di saham dengan dividend yield yang tinggi berpotensi mendatangkan ‘cuan’ yang lebih besar. Apalagi, buat para penganut income investing yang mengandalkan keuntungan dari dividen.

Informasi saja, dividen adalah pembagian laba atau hasil yang dibayarkan kepada pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang dimiliki berupa uang tunai atau saham.

Adapun terdapat beberapa saham emiten yang memiliki dividend yield tinggi, terutama dari sektor pertambangan yang sedang mengalami booming komoditas.

Misalnya, emiten batu bara PT Mitrabara Adiperkasa Tbk (MBAP) yang dividend yield-nya per September 2022 mencapai 16,79 persen.Bisa dikatakan, perusahaan memiliki dividend yield yang tinggi bila angkanya di atas 5 persen.

Dividend yield adalah tingkat pengembalian dalam bentuk dividen tunai kepada pemegang saham. Dengan kata lain, dividend yield dapat digunakan untuk melihat tingkat keuntungan yang diberikan perusahaan.

Sementara emiten lain yakni perusahaan alat berat PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) juga memiliki rata-rata dividend yield yang tinggi dalam kurun tiga tahun terakhir yakni mencapai 16,87 persen.

Terlebih emiten ini juga masuk dalam IDX High Dividend 20 (IDXHIDIV20), yakni kelompok saham emiten yang rajin membagikan dividennya.

Halaman : 1 2 3
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis IDX Channel tidak terlibat dalam materi konten ini.