Sebagaimana disampaikan dalam laporan keuangan emiten, pendapatan bersih ITMG di semester I-2022 melesat menjadi USD1,42 miliar atau Rp21,11 triliun. Sedangkan laba bersih yang dibukukan di periode ini mencapai USD460,82 juta atau setara Rp6,84 triliun.
Meningkatnya pendapatan ITMG secara signifikan ditopang oleh pendapatan batu bara dari pihak ketiga yang melambung hingga 114,22 persen menjadi USD1,38 miliar (Rp20,47 triliun). Adapun segmen ini turut menyumbang 97% terhadap pendapatan bersih ITMG.
Sementara pendapatan batu bara dari pihak berelasi juga terkerek 52,09% menjadi USD41,61 juta (Rp618,58 miliar).
Selain kinerja keuangan yang melesat, performa saham ITMG juga meroket hingga 102,21 persen secara YTD pada penutupan Rabu (28/9). (Lihat grafik di bawah ini.)
Di periode yang sama, saham emiten-emiten dengan dividend yield tinggi yang melesat secara YTD di atas 50 persen yaitu HEXA dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), masing-masing yaitu 54,35 persen dan 53,40 persen.
Sedangkan dari kinerja keuangannya, PTBA lebih uggul dari HEXA dari segi pertumbuhan pendapatan bersih dan laba bersih. Adapun berdasarkan laporan keuangan PTBA, pendapatan bersih emiten batu bara ini tumbuh 79,02 persen menjadi Rp18,42 triliun.
Sementara laba bersihnya juga terkerek hingga 246,14 persen sebesar Rp6,16 triliun di semester I tahun ini.
Menyusul PTBA, pendapatan bersih HEXA melesatmencapai 54,52 persen menjadi USD114,11 juta atau setara Rp1,69 triliun. Sedangkan laba bersih yang dibukukan di periode ini sebesar USD9,05 juta (Rp134,43 miliar) atau tumbuh sebesar 17,74 persen.
Dibanding emiten-emiten dengan dividend yield tinggi di atas, performa saham maupun keuangan PT Indosat Tbk (ISAT) kalah unggul. BEI mencatat, pada penutupan Rabu (28/9), saham ISAT tumbuh positif di 17,74 persen.
Adapun pendapatan bersihnya juga masih bertumbuh sebesar 50,34 persen di semester I-2022 menjadi Rp22,53 triliun.
Kendati demikian, laba bersih ISAT di periode ini terkontraksi hingga minus 41,76 persen menjadi Rp3,26 triliun. Padahal di semester I-2021, ISAT masih membukukan laba bersih yang mencapai Rp5,60 triliun.
Dengan demikian, berinvestasi di saham bisa jadi pilihan investor di tengah naiknya suku bunga yang menyebabkanaset investasi di tempat lainnya, seperti deposito maupun obligasi, menjadi lebih menarik karena yield-nya turut meningkat.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.