Di sisi lain, Julian Emanuel dari Everscore ISI, mencatat meskipun valuasi indeks telah kemahalan, tetapi masih jauh dari puncaknya.
Acuan ini didasari pada penilaian terhadap saham-saham terbesar penggerak S&P 500 yang tergabung dalam Magnificent Seven, seperti Nvidia, Microsoft, Meta Platforms, Amazon, Apple, Alphabet, dan Tesla.
Adapun kelompok saham tersebut berkontribusi sebesar 29% terhadap penguatan indeks, dengan rata-rata PER mencapai 34 kali lipat, menurut data LSEG Datastream.
“Kabar baiknya adalah bahwa valuasi, meskipun melebar, masih jauh dari puncak 28x di Y2K Bubble Top,” tutup Emanuel.
Sebagai catatan bahwa S&P 500 ditutup menembus level 5.000 pada Jumat (9/2/2024). Ini merupakan level tertinggi sepanjang sejarah indeks, yang terdongkrak sejumlah sentimen positif.
Antara lain periode pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang kuat, sekaligus musim laporan keuangan yang lebih baik dari perkiraan, sehingga mendorong katalis positif bagi pasar.
Bank sentral AS atau Federal Reserve juga diperkirakan kuat akan segera mulai memangkas suku bunga pada tahun ini.
(DES)