"Sepertinya pandangan pelaku pasar apabila terdapat rilis data AS yang mendukung ke arah stance less hawkish, atau bahkan dovish atas kebijakan suku bunga the Fed, maka cenderung melemahkan dolar AS (atau non USD menguat)," sambungnya.
Meski begitu, progres perkembangan di global masih akan sangat bergantung pada data. ”Arti lebih jauh bahwa perkembangan global masih sangat bersifat data dependant," pungkas Edi.
Mengacu pada data Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 5,5 poin atau 0,04% ke Rp14.880 per dolar AS pada Rabu (12/4/2023), sedangkan indeks dolar AS berada di level 102,06 atau turun 0,14%.
Tak hanya Rupiah, mata uang dolar Singapura (SGD) terpantau menguat 0,06%, diikuti rupee India menguat 0,11%, yuan China menguat 0,06%, ringgit Malaysia menguat 0,14%, dan baht Thailand menguat 0,21%.
(FRI)