Pro Stock Split
1. Harga Saham Lebih Terjangkau
Stock-split merupakan tindakan perusahaan yang ditunggu-tunggu oleh para investor yang ingin memiliki saham, namun harganya tidak pas di kantong.
Sebagai contoh, keputusan Apple untuk melakukan stock-split membuat lebih banyak orang bisa membeli sahamnya. Bayangkan saja, jika tidak dilakukan stock-split, harga saham Apple per lembar bisa mencapai USD700.
Inilah Tujuan Emiten Melakukan Stock Split dan Reverse Stock. (FOTO : MNC MEDIA)
2. Meningkatkan Likuiditas
Adanya Stock Split akan meningkatkan likuiditas saham dan mengalami peningkatan. Saham dengan likuiditas tinggi merupakan tipe saham yang banyak diincar dan begitu laris di kalangan pada investor.
Saham-saham yang tergolong sebagai saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar termasuk ke dalam saham dengan likuiditas tinggi.
Kontra Stock Split
1. Memicu Volatilitas Pasar
Sedangkan untuk kontranya, stock-split yang berimbas pada perubahan harga saham, akan bisa memicu terjadinya volatilitas pasar.
Volatilitas merujuk pada situasi di mana kondisi pasar sama sekali tidak diprediksi, ditandai dengan perubahan harga yang terjadi dengan begitu cepat alias tidak stabil.
2. Tidak Menambah Nilai Saham
Stock-split dianggap tidak perlu untuk dilakukan disebabkan karena tidak menambah nilai keseluruhan dari saham tersebut, setidaknya dalam jangka waktu pendek.
Namun, jika sekiranya stock-split memang berhasil menarik minat investor untuk melakukan investasi, maka bisa saja nilai saham mengalami peningkatan dalam jangka waktu panjang.
Apa itu Reverse Stock
Hal tak jauh berbeda dengan reverse stock, yang merupakan upaya pemecahan saham terbalik adalah jenis aksi korporasi yang mengkonsolidasikan jumlah saham yang ada menjadi saham yang lebih sedikit (harga lebih tinggi).