"Kami menilai proyek smelter aluminium ini cukup strategis karena terletak di Kaltara Industrial Park," ujarnya.
ADRO memanfaatkan spin-off AADI sebagai langkah strategis untuk bertransformasi dari bisnis berbasis batu bara thermal ke energi hijau, meski akan berdampak pada penurunan pendapatan sekitar -91 persen YoY pada 2024.
"Valuasi AADI yang menarik dengan PE lebih rendah dibandingkan peers memberikan daya tarik bagi investor," kata Rizal.
Hasil dari spin-off ini akan mendanai proyek-proyek energi hijau seperti PLTA di Kalimantan Utara, IPP tenaga angin, dan smelter aluminium, yang mendukung fokus ADRO pada keberlanjutan dan diversifikasi bisnis jangka panjang.
"Meskipun rasio PE ADRO diproyeksikan melonjak usai spin-off, strategi ini diharapkan menempatkan ADRO pada posisi yang kuat di industri energi terbarukan di masa depan," ujar Rizal.
(Fiki Ariyanti)