Baginya, tuduhan itu cukup menggelitik. Pasalnya, dia menilai Boy Thohir dalam kapasitasnya sebagai Komisaris Utama, justru tidak mendapatkan keuntungan pribadi atas transaksi tersebut.
"Kami tidak menemukan adanya konflik kepentingan. Lebih lagi, Garibaldi baru menjadi pemegang saham GOTO sejak September 2021 (yakni setelah selesainya transaksi investasi Telkomsel di GoTo)," ungkap Maqdir.
Sebelumnya, muncul spekulasi dari pengamat lain bahwa investasi obligasi konversi cenderung menguntungkan GoTo, mulai dari pembelian saham pra-IPO, memakai harga di bawah pasar, hingga pemberian obligasi konversi yang tidak memakai bunga. Kondisi iklim startup yang merugi juga dinilai menjadi salah satu faktor masuknya perusahaan plat merah ke dalam GoTo.
"Kami juga tidak menemukan dokumen kepentingan pribadi dari Menteri BUMN terkait dengan aksi korporasi Telkomsel di GoTo," tegas Maqdir.