Di sisi lain, Senior Scientific Advisor Universa Investments, Nassim Taleb berpendapat, pasar saham dinilai terlalu tinggi mengingat suku bunga saat ini dan upaya untuk mengembalikan angka suku bunga seperti sediakala bakal sulit dilakukan.
Bloomberg melaporkan, menurut LCH Investments, pada tahun lalu, manajer investasi telah kehilangan lebih dari USD200 miliar. Hal ini memicu perdebatan sejumlah analis terkait antisipasi dalam menghadapi kemerosotan pasar.
Adapun, pada Oktober 2013 lalu, Spitznagel pernah mengatakan bahwa pasar sedang bersiap untuk menghadapi major crash atau kejatuhan besar yang bisa menyebabkan anjloknya pasar hingga 40 persen.
Terlepas dari kondisi volatilitas pasar, indeks S&P 500 umumnya naik lebih tinggi dibanding Maret 2020 ketika perekonomian global melemah akibat pandemi.
Kendati demikian, Spitznagel memprediksi adanya resesi seperti The Great Depression pada tahun ini meski banyak analis maupun ekonom percaya bahwa penurunan tersebut tidak merusak ekonomi AS secara signifikan.