sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Investor Lirik Pasar Obligasi RI di Tengah Pelemahan Ekonomi AS dan China

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
18/07/2023 17:29 WIB
Investor global dilaporkan sedang melirik pasar obligasi Asia di tengah potensi pelemahan dolar AS dan ekonomi China yang masih berjuang pulih.
Investor Lirik Pasar Obligasi RI di Tengah Pelemahan Ekonomi AS dan China. (Foto: MNC Media)
Investor Lirik Pasar Obligasi RI di Tengah Pelemahan Ekonomi AS dan China. (Foto: MNC Media)

Nigel Foo, kepala pendapatan tetap Asia yang berbasis di Singapura di First Sentier Investors dan seorang investor obligasi Asia terkemuka, mengatakan pergeseran yang akan terjadi dalam kebijakan The Fed datang pada saat yang tepat untuk ekonomi Asia.

Di mana banyak bank sentral di Asia telah mengendalikan tekanan inflasi dan siap untuk memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan.

"Artinya untuk obligasi mata uang lokal, Anda mendapatkan imbal hasil obligasi sekitar 3 persen hingga 4 persen di atas itu Anda menambahkan 3 persen lagi dari keuntungan mata uang. Itu akan seperti pengembalian 7 persen," katanya.

Foo mengatakan dana kelolaan miliknya diparkir pada obligasi di Hyundai Motors Korea Selatan dan telah melihat potensi emiten lain dari negara tersebut.

Adapun peluang di Indonesia terdapat pada obligasi perusahaan minyak milik negara dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).

"Kami sangat menyukai Indonesia karena likuiditas yang cukup dalam dan lingkungan politik yang relatif stabil,” kata Foo.

Obligasi korporasi yang diterbitkan oleh PLN, Hyundai, Bank Ekspor-Impor Korea, pembuat chip Taiwan TSMC dan perusahaan minyak Malaysia Petronas adalah beberapa nama yang paling aktif diperdagangkan di MarketAxess, platform perdagangan yang terdaftar di Nasdaq untuk pendapatan tetap.

Keruntuhan Popularitas Obligasi China

Menurut Robert Hong, Head of Fixed Income Asia di StoneX, sebuah perusahaan jasa keuangan berbasis Singapura mengatakan, obligasi China kurang disukai karena kekhawatiran investor bahwa yuan akan jatuh lebih jauh.

Selain itu, terdapat ketidakpastian tentang apakah langkah-langkah stimulus ekonomi yang signifikan akan diumumkan di Beijing dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung antara China dan AS.

"Saya pikir ketegangan politik adalah faktor besar yang masih menahan dana internasional besar untuk kembali secara massal ke pasar China, baik itu obligasi atau ekuitas," kata Hong.

Kehati-hatian tentang obligasi China tersebar luas di kalangan pengelola dana.

Sebuah studi Morningstar berdasarkan data hingga Mei menemukan penurunan luas dalam eksposur China tahun ini di 179 dana obligasi dengan aset USD54,2 miliar yang dikelola oleh perusahaan seperti BlackRock, Pimco, Fidelity, HSBC, dan UBS.

Asian Tiger Bond Fund senilai USD3 miliar dari BlackRock memangkas eksposurnya ke China dari 38,89 persen pada Januari hanya menjadi 33,42 persen pada Mei.

"Pemulihan ekonomi China yang lebih lambat dari perkiraan dan sektor propertinya berkontribusi pada sikap hati-hati manajer obligasi utama Asia terhadap negara itu," kata Bryan Cheung, direktur asosiasi riset manajer di lembaga pemeringkat dana.

BNP Paribas Asset Management juga menyebut telah mengurangi paparan mereka terhadap investasi pendapatan tetap China dalam beberapa bulan terakhir karena yuan China telah kehilangan nilainya terhadap dolar AS.

Foo menambahkan, mata uang China tidak mungkin mendapat manfaat dari penurunan suku bunga AS selama ekonomi domestik China masih dalam mode berjuang.

"Bukannya kami bearish terhadap China, tapi lebih karena menurut kami diversifikasi selalu baik," kata Foo. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement