Belum jelasnya arah kecenderungan pasar tersebut, menurut Reza, terjadi lantaran adanya perbedaan antara pelaksanaan Pemilu 2024 saat ini dengan penyelenggaraan pemilu-pemilu sebelumnya.
"Ada beberapa (perbedaan). Salah satunya soal jumlah paslon (pasangan calon) yang berkontestasi. Pada pemilu-pemilu sebelumnya, paslonnya hanya dua, dan (dukungan) market saat itu jelas kecenderungannya ke Jokowi. Kalau sekarang, paslonnya tiga, dan kita belum lihat arah(dukungan pasar)nya lebih ke mana," tutur Reza.
Karena saat ini diikuti oleh tiga paslon, dikatakan Reza, maka pelaku pasar juga memperhitungkan adanya kemungkinan pelaksanaan pemilu kali ini dalam dua putaran.
Hal ini dapat terjadi, dan bahkan kemungkinan besar bakal terjadi, saat pada putaran pertama terbukti tidak ada paslon yang mendapatkan perolehan suara 50 persen plus satu.
"Jadi ketika benar nantinya terjadi dua putaran, maka sentimen di pasar pun juga bisa Kembali berubah. So, Kamis-Jumat kondisi market diperkirakan akan cenderung variatif, dengan melihat hasil perolehan sementara nantinya," ungkap Reza.