Sebagai informasi, Perseroan telah mempublikasikan hasil kinerja sampai dengan semester satu tahun 2020 pada akhir Juli lalu. Perseroan juga mencatat telah mengumpulkan Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 9,46 triliun, menyalurkan pembiayaan sebesar Rp8,74 triliun, dengan menjaga Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) sebesar 1,8%.
Sedangkan Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3%. Rasio intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) mencapai 92%, Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190% dan 244%. Total aset tumbuh 10% menjadi Rp15,27 triliun, dan mencatatkan Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar.
Perseroan juga menegaskan bahwa mempelajari di masa pandemi ini segmen UMKM dan mikro tidak hanya membutuhkan bantuan yang hanya membuat survive dan meringankan beban hidup, namun juga untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala.
“Mereka butuh kepercayaan diri yang tinggi dan tentunya pembiayaan baru. Karenanya, BTPN Syariah selain melakukan program pelonggaran, tentunya harus teliti untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga komunikasi yang intensif menjadi jalan terbaik untuk memahami mereka. Cara ini cukup efektif, meski dengan tetap menjalankan protokoler kesehatan yang ketat”, terang Arief. (*)