Azis menjelaskan bahwa di musim rilis kinerja dan RUPST seperti sekarang, fokus pasar adalah ke dividen untuk tactical play, sehingga saham yang memberikan imbal hasil menarik besar peluangnya untuk diburu oleh investor ritel maupun institusi.
"Dividen yield BBNI termasuk besar karena hampir lima persen, dan ini sudah lebih tinggi dari deposito. Sementara dari sisi valuasi Price to Book Value (PBV) masih di bawah 2x. Valuasi atraktif dan imbal hasil yang menarik wajar jika BBNI dilirik," ujar Abdul, Rabu (13/3/2024).
Untuk diketahui, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 4 Maret 2024, BBNI mendapat restu untuk membagikan 50 persen dari laba bersihnya senilai Rp10,45 triliun, menjadi dividen dengan tanggal cum date pada Kamis (14 Maret 2024).
Rasio payout dividen BBNI untuk 2023 menjadi yang tertinggi sejak pandemi Covid. Di 2020 dan 2021 BBNI membagikan dividen sebesar 25 persen dari labanya, sementara untuk tahun buku 2021 naik menjadi 40 persen dan sekarang naik menjadi 50 persen.
Abdul juga berpendapat bahwa keputusan BBNI untuk meningkatkan rasio payout tahun ini merupakan hal yang tepat. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika masih dibayangi pandemi, ketika bank dituntut untuk lebih konservatif dalam penggunaan laba dan memupuk modal yang solid.
"Laba bersih cetak all time high, valuasi sedang murah, kualitas aset sudah jauh lebih baik dibanding saat pandemi dan ada kebutuhan untuk mencapai ROE 20% jangka panjang, maka cara untuk meningkatkan nilai pemegang saham adalah dengan membagikan dividen yang menarik, itu yang dilakukan oleh BBNI saat ini," tutur Azis.