Perlambatan ini terjadi di tengah penyesuaian aktivitas konsumsi, moderasi ekspor, serta ketidakpastian global yang masih tinggi.Sentimen pasar sempat makin memburuk pada paruh pertama tahun 2025, khususnya setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada April 2025.
Sejumlah lembaga internasional bahkan memperkirakan risiko perlambatan ekonomi lebih dalam akibat potensi gangguan pada rantai perdagangan global.
Namun, kinerja ekonomi Indonesia terbukti lebih tangguh dari perkiraan. Pencapaian ini menunjukkan ekonomi domestik masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, serta tumbuhnya aktivitas investasi di Indonesia yang relatif tinggi.
Dia menambahkan, momentum pertumbuhan di atas 5 persen tersebut menjadi bukti ekonomi Indonesia tetap resilien di tengah guncangan geopolitik global serta dinamika perang tarif. Ketahanan ini turut diperkuat oleh bauran kebijakan fiskal dan moneter yang menjaga stabilitas makroekonomi.
"Sekaligus menegaskan keberlanjutan pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi," katanya.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.770-Rp16.800 per USD.
(Dhera Arizona)