Kaneva mengatakan, pertumbuhan pasokan terutama akan didorong oleh produsen non-OPEC+, terutama AS.
"Dalam kondisi ini, harga Brent kemungkinan akan turun di bawah USD60 pada 2026, dan turun ke kisaran USD50-an pada kuartal terakhir 2026," kata Kaneva dalam catatannya.
"Prospeknya memburuk pada 2027, karena surplus yang meningkat mendorong Brent ke rata-rata USD42, dengan harga merosot ke kisaran USD30-an pada akhir tahun," katanya. (Wahyu Dwi Anggoro)