IDXChannel - Pengguna transportasi udara belakangan diresahkan dengan tingginya harga tiket pesawat. Bahkan data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan jumlah pemudik pesawat tahun ini turun hingga 23% dibandingkan 2018.
Menyikapi hal tersebut, Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra mengatakan, persepsi tiket pesawat mahal harus diterjemahkan menjadi ‘menjelang normal’. Normal menurut Ziva yaitu besaran tarif yang bisa diterima mengacu pada biaya produksi, biaya variabel hingga inflasi.
“Kecenderungan untuk jadi normal ada, tapi turun atau naik itu relatif. Untuk mengharapkan harga bisa turun seperti dulu lagi bersaing dengan harga kereta api susah,” katanya saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (13/6).
Ziva menjelaskan maskapai harus turut aktif menjelaskan dan mengedukasi masyarakat alasan dibalik tingginya tarif tiket. Kelebihan dan layanan yang diberikan maskapai tersebut akan memengaruhi total cost. Inilah yang kemudian menentukan besaran acceptable rate atau tarif wajar.
Hal senada disampaikan Kepala Balitbang Kemenhub Sugihardjo. Menurutnya, kondisi psikologis masyarakat sudah terpengaruh. Masyarakat menilai tarif tiket pesawat mahal karena sudah merasakannya sejak akhir tahun lalu. Padahal lebaran dan musim liburan termasuk Peak Season.