Kabar teranyar, mengutip pemberitaan Dealstreetasia.com, Kamis (8/12/2022), menurut sejumlah sumber yang mengetahui hal tersebut, Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dikabarkan kemungkinan menjadi yang terdepan untuk mengakuisisi saham pengendali PNBN.
Ini terjadi setelah pesaing SMFG yang juga asal Jepang, MUFG, yang disebut-sebut turut berminat mengakuisisi Bank Panin, tidak lagi aktif mengejar kesepakatan tersebut.
Saat dihubungi IDXChannel, Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo mengungkapkan, pihaknya tidak mengetahui mengenai kabar tersebut.
“Saya malah tidak tahu apa-apa. Belum ada pemberitahuan dari Pemegang Saham Pengendali Terakhir PaninBank,” jelas Herwidayatmo kepada IDXChannel, Kamis (8/12).
Asal tahu saja, seiring dengan rumor akuisisi di atas, harga saham PNBN dan sejumlah saham Panin Group lainnya sempat melonjak tinggi beberapa waktu lalu.
Saham PNBN, misalnya, sempat menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high) di angka Rp2.780 per saham pada 25 Oktober 2022.
Sido Muncul (SIDO)
Saham farmasi dan produsen jamu herbal PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), yang sering dianggap saham defensif, sempat menghentak para pelaku pasar.
Hal tersebut terjadi ketika terjadi tekanan jual besar di saham SIDO pada awal Agustus lalu. Penyebabnya adalah investor melego saham SIDO besar-besaran seiring kinerja keuangan yang tidak memuaskan.
Saham SIDO bahkan sempat turun hingga batas auto rejection bawah (ARB) selama 2 hari beruntun pada Agustus.
Seiring dengan itu, saham SIDO tiba-tiba terjungkal dari level Rp900-Rp1.000-an ke Rp630-an pada Oktober.
Per 12 Desember, SIDO diperdagangkan di harga Rp765 per saham, minus 11,56 ytd.
Bumi Resources (BUMI)
Kali ini kita melihat sepak terjang saham yang sempat menjadi pegangan ‘sejuta umat’, PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Saham emiten batu bara tersebut bangkit dari level Rp50-Rp60-an sejak awal tahun hingga tengah Juli menuju Rp240-an pada 6 September.
Kinerja keuangan yang moncer berkat meroketnya harga batu bara global dan ditambah aksi korporasi masuknya Grup Salim yang berdampak ke pelunasan utang perseroan menjadi katalis positif bagi saham BUMI tahun ini.
Saat ini, harga saham emiten yang kini dikendalikan bersama-sama oleh Grup Bakrie dan Grup Salim tersebut berada di Rp176 per saham alias melonjak 162 persen YtD.
GoTo Gojek Tokopedia (GOTO)
Selanjutnya, saham yang terus dibicarakan akhir-akhir ini, PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
Saham emiten jasa ojek dan antar makanan online serta e-commerce tersebut mengalami penurunan harga yang signifikan.
Harga saham GOTO konsisten turun sejak 21 November hingga penutupan sesi I 12 Desember. Artinya, saham GOTO sudah turun selama 16 hari bursa, dengan 11 kali beruntun anjlok hingga ARB.
Dus, sejak ditutup di Rp222 per saham pada 18 November, saham GOTO sudah ‘terjun bebas’ hingga minus 60,81 persen.
Kemudian, sejak melantai pada 11 April 2022, saham GOTO sudah anjlok 74,26 persen ke Rp87 per saham (level terendah). Dengan kata lain, kapitalisasi pasar (market cap) GOTO turun drastis dari sempat Rp400-an triliun menjadi Rp103 triliun.
Sentimen makro global, aksi pemutusan hubungan kerja (PHK), kinerja bottom line (terus merugi) hingga berakhirnya periode lock-up saham per 30 November lalu, menjadi sentimen utama penurunan saham GOTO.
Saham ‘Hot’ Lainnya
Sebenarnya, masih ada banyak saham populer lainnya selain yang dibahas di muka
Untuk menyebut beberapa, saham emiten batu bara PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) yang meroket 280 persen YtD hingga PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang terbang 372 persen sejak awal tahun. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.