sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kejar Momentum Nikel Ala Grup Harita dan Merdeka (MBM)

Market news editor Melati Kristina - Riset
13/03/2023 06:30 WIB
Perusahaan-perusahaan tambang, terutama nikel, bakal meramaikan bursa Tanah Air pada 2023 karena selain memiliki potensi kapitalisasi pasar jumbo.
Kejar Momentum Nikel Ala Grup Harita dan Merdeka (MBM). (Foto: MNC Media)
Kejar Momentum Nikel Ala Grup Harita dan Merdeka (MBM). (Foto: MNC Media)

Prospek Industri dan Pemain Nikel di Indonesia

Industri nikel punya prospek yang cerah ke depannya terutama didorong oleh industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat.

Di samping itu, Indonesia juga punya potensi menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan EV, terutama dengan potensi cadangan nikel terbesar di dunia, yakni mencapai 22 persen.

Mengutip data dari Financial Times, hingga tahun 2022, cadangan nikel di Indonesia mencapai 21 juta ton, setara dengan cadangan nikel di Australia. (Lihat grafik di bawah ini.)

Selain dikenal memiliki cadangan nikel yang jumbo, Indonesia juga menjadi produsen komoditas nikel terbesar di dunia.

Sebagaimana disebutkan dalam Financial Times, pada 2022, Indonesia berhasil memproduksi nikel sebanyak 1,6 juta ton, mengungguli negara-negara produsen nikel lainnya yang angka produksi nikelnya pada tahun yang sama kurang dari 0,5 juta ton. (Lihat grafik di bawah ini.)

Asal tahu saja, nikel merupakan komponen utama yang digunakan dalam pembuatan batu baterai untuk EV. Dengan potensi ini, sejumlah produsen baterai listrik dan EV berlomba-lomba untuk membangun pabrik baterai listrik di Indonesia.

Financial Times mengungkapkan, LG Energy Solution dari Korea Selatan tengah membangun pabrik sel baterai senilai USD1,1 miliar (Rp16,94 triliun), sedangkan produsen EV, Hyundai juga membuka pabrik pertamanya di Asia Tenggara untuk merakit mobil listrik.

Perusahaan asal China, CATL juga tercatat telah berinvestasi di industri ini. Di sisi lain, pemerintah juga tengah mendekati Tesla dan BYD agar dapat berinvestasi di Indonesia.

Selain potensi dari EV, pemerintah Indonesia terutama Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melarang ekspor nikel mentah guna mendorong lebih banyak pembuat baterai EV agar membangun pabrik domestik untuk memproses nikel menjadi bahan baku baterai EV.

Langkah hilirisasi tersebut membantu meningkatkan nilai ekspor produk nikel di Indonesia hingga 10 kali lipat dibanding satu dekade lalu menjadi USD30 miliar (Rp462 triliun) pada 2022.

Menurut Manajer Investasi Tim Ekuitas Asia, Jerry Goh, peluang-peluang tersebut dapat meningkatkan profil margin perusahaan yang tentunya jadi katalis positif bagi pergerakan saham pemain nikel kedepannya.

“Ini bisa menjadi peluang bagi investor global yang menyukai story dari nikel sehingga mau berinvestasi di industri ini,” kata Jerry Goh, dilansir dari Financial Times (8/3).

Selain industri nikel yang bakal prospektif, pemain nikel MBM dan TBP juga punya potensi yang menarik ditopang oleh kekuatan perusahaan sebagai pemain nikel.

Riset CLSA bertajuk “Merdeka Copper Gold (MDKA): Midas Touch” yang dirilis pada 13 Januari 2023 mengungkapkan, MBM memiliki 51 persen cadangan nikel sebesar 189m/1,1 miliar dmt. Sementara, perusahaan ini juga memiliki kapasitas produksi Nickel Pig Iron (NPI) sebesar 38ktpa.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement