sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kejar Momentum Nikel Ala Grup Harita dan Merdeka (MBM)

Market news editor Melati Kristina - Riset
13/03/2023 06:30 WIB
Perusahaan-perusahaan tambang, terutama nikel, bakal meramaikan bursa Tanah Air pada 2023 karena selain memiliki potensi kapitalisasi pasar jumbo.
Kejar Momentum Nikel Ala Grup Harita dan Merdeka (MBM). (Foto: MNC Media)
Kejar Momentum Nikel Ala Grup Harita dan Merdeka (MBM). (Foto: MNC Media)

Di sisi lain, perusahaan ini akan memulai penambangan bijih limonit pada semester II-2023 dengan target produksi sebesar 6 juta hingga 8 juta wet metrik ton (wmt) per tahun.

CLSA tutut menyebutkan, pada akhir 2023, MBM akan menambah kapasitas NPI hingga 50kt dan membangun pabrik peleburan sebagai konverter NPI ke nikel matte.

“Pada 2024, kami berharap dengan potensi-potensi tersebut MBM dapat berkontribusi sebesar 50 persen hingga 70 persen terhadap pendapatan dan laba kotor MDKA,” tulis riset CLSA.

Sedangkan, dalam riset CLSA lainnya yang diterbitkan pada 23 Februari 2023 dengan judul “Merdeka Copper Gold (MDKA): Emerging as a Major Player” disebutkan, potensi sumber daya nikel MBM di satu lokasi yang terintegrasi dengan infrastruktur Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memungkinkan emiten ini menjadi pusat nikel kelas satu di Indonesia.

Sebagai informasi, IMIP merupakan kawasan industri berbasis pengolahan nikel yang produk utamanya berupa nikel, stainless steel dan carbon steel yang terletak di Morowali, Sulawesi Tengah.

Di lain pihak TBP juga punya potensi menarik, terlebih emiten ini memiliki tambang dan hilirisasi nikel di Pulau Obi yang menjai salah satu Proyek Strategi Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden No. 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Lebih lanjut, pelaksana PSN Kawasan Industri adalah PT Trimegah Bangun Persada bersama tenan atau perusahaan afiliasi yang telah beroperasi, yakni PT Gane Permai Sentosa, PT Halmahera Jaya Feronikel dan PT Megah Surya Pertiwi, termasuk perusahaan partner perusahaan yang lain yakni, PT Halmahera Persada Lygend.

Tercatat, TBP memiliki izin usaha pertambangan (IUP) untuk jangka waktu 20 tahun, sejak 8 Februari 2010 hingga Feruari 2030.

Adapun, luas wilayah IUP TBP bersama Gane Permai Sentosa mencapai 5.523 hektare (ha). Dengan luas wilayah tersebut, TBP dapat memproduksi bijih nikel berkadar tinggi atau nikel saprolit sebanyak 682,63 ribu wmt.

Sementara, untuk produksi bijih nikel berkadar rendah (limonit), TBP mampu memproduksi sebanyak 617,30 ribu wmt.

Sedangkan, perusahaan afiliasinya, Gane Permai Sentosa dapat menghasilkan 322,30 wmt saprolit dan 153,69 wmt limonit.

Selain menambang nikel, TBP juga bergerak di bidang pengolahan dan pemurnian bijih nikel melalui PT Megah Surya Pertiwi (MSP). Sejak 2016, TBP bersama MSP telah mengoperasikan smelter teknologi rotary klin electric furnance (RKEF).

Tercatat, smelter tersebut telah mengolah saprolit dengan kapaistas produksi 240 ribu ton feronikel (FeNi) per tahun dari empat jalur produksi.

Sedangkan, TBP juga mengoperasikan smelter lanjutan untuk mengolah bijih nikel saprolit melalui  PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dengan kapasitas 780 ribu ton per tahun dari delapan jalur industri.

Kedua smelter tersebut menghasilkan produk akhir feronikel yang dimanfaatkan dalam industri stainless steel, baterai, perangkat elektronik, dan industri antariksa.

Di samping itu, TBP turut mengoperasikan smelter HPAL melalui Halmahera Persada Lygend yang menjadi smelter HPAL pertama di Indonesia.

Adapun, smelter yang beroperasi sejak 2021 lalu tersebut menghasilkan campuran nikel kobalt hidroksida yang diproses menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk bahan baku baterai EV dengan kapasitas produksi 365 ribu per tahun.

Informasi saja, nikel sulfat bermanfaat sebagai komponen katoda baterai litium atau baterai EV. Sementara, kobalt sulfat merupakan material katoda baterai lithium.

Dengan kekuatan perusahaan serta potensi industri EV kedepan, emiten-emiten nikel tersebut punya story yang cukup kuat untuk melantai di BEI.

Periset: Melati Kristina 

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement