sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kejar Untung ala GOTO dan BUKA lewat Adjusted EBITDA

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
24/08/2023 18:12 WIB
Ketidakpastian global di tengah rezim suku bunga tinggi membuat investor menuntut raksasa teknologi eks startup untuk segera menghasilkan laba.
Kejar Untung ala GOTO dan BUKA lewat Adjusted EBITDA. (Foto: MNC Media)
Kejar Untung ala GOTO dan BUKA lewat Adjusted EBITDA. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketidakpastian global di tengah rezim suku bunga tinggi membuat investor menuntut raksasa teknologi eks startup untuk segera menghasilkan laba. Dua emiten teknologi terbesar Tanah Air sedang mengupayakan hal tersebut.

Emiten e-commerce dan jasa ride hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), misalnya, menargetkan perusahaan akan mencapai EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) Grup yang disesuaikan (adjusted EBITDA) positif pada kuartal IV-2023.

Sementara, dalam pedoman teranyar usai pemaparan kinerja keuangan per 30 Juni 2023, manajemen mematok EBITDA Grup yang disesuaikan untuk tahun penuh 2023 berada di kisaran antara Rp-4,5 triliun dan Rp-3,8 triliun.

Angka tersebut adalah revisi dari kisaran yang sebelumnya diharapkan, yakni di rentang Rp-5,3 triliun dan Rp-4,6 triliun, seiring kemajuan signifikan di paruh pertama 2023.

Dalam kamus GOTO, perusahaan menghitung EBITDA yang disesuaikan, yang merupakan perhitungan keuangan non-PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), dimulai dari rugi sebelum pajak penghasilan dan menyesuaikan:

  • biaya penyusutan dan amortisasi;
  • pendapatan keuangan;
  • biaya bunga;
  • kerugian atas penurunan nilai aset atas kelompok lepasan yang dimiliki untuk dijual;
  • (Pembalikan)/kerugian atas penurunan nilai investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama;
  • kerugian atas penurunan nilai goodwill;
  • penyesuaian nilai wajar instrumen keuangan;
  • kerugian penurunan nilai aset tak berwujud dan aset tetap;
  • biaya kompensasi berbasis saham (termasuk program Gotong Royong);
  • laba/rugi mata uang asing yang belum terwujud dari perhitungan ulang kas;
  • bagian rugi bersih dari entitas asosiasi dan perusahaan patungan;
  • laba/rugi atas divestasi dan dilusi investasi di entitas asosiasi dan patungan;
  • pendapatan dividen; dan
  • item-item yang non-recurring.

Sedangkan, dalam definisi yang lebih umum, metrik adjusted EBITDA menghilangkan item-item yang tidak berulang, tidak teratur, dan hanya sekali muncul yang dapat mendistorsi EBITDA.

Tujuan penyesuaian EBITDA adalah untuk mendapatkan angka normalisasi yang tidak terdistorsi oleh keuntungan, kerugian, atau pos-pos lainnya yang tidak teratur.

Menyentuh titik impas adalah satu hal. Namun, jalan menuju profitabilitas GOTO masih panjang.

Hal ini juga terekam dalam pernyataan Direktur Utama GOTO Patrick Walujo dalam siaran pers kinerja keuangan kuartal II-2023 dan semester I-2023.

Patrick bilang, "Sesuai dengan komitmen, saat ini kami berada pada jalur yang tepat untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada tahun ini.”

Namun, Patrick menambahkan, “mencapai titik impas bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkanlah yang harus kami capai.”

Untuk menggapainya, jelas Patrick, dibutuhkan segera terlaksananya eksekusi yang tepat, serta meningkatkan total pasar potensial (TAM) untuk memperluas basis konsumen perseroan.

Pengelolaan beban usaha, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan insentif dan promo, memang mulai menghasilkan dampak positif bagi GOTO.

Ini terlihat membukukan rugi bersih Rp7,21 triliun selama semester I-2023. Angka ini menyusut dari rugi bersih Rp14,2 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Menurut data yang diterima IDXChannel, penurunan rugi bersih perusahaan terjadi seiring kenaikan pendapatan bersih menjadi Rp6,9 triliun, naik 102 persen secara tahunan (year on year/YoY) dari semester I-2022 yang sebesar Rp3,4 triliun.

Beban operasional perusahaan juga berhasil ditekan atau turun 32,3 persen (YoY) dari Rp19,2 triliun pada semester I-2022 menjadi Rp13,0 triliun pada periode yang sama tahun ini. GOTO juga terlihat berhasil menekan beban gaji dan imbalan karyawan sebesar 3,4 persen YOY menjadi Rp2,9 triliun.

Selain itu, beban iklan dan pemasaran juga turun signifikan 50,1 persen menjadi Rp1,1 triliun selama 6 bulan pertama tahun ini. GOTO juga memangkas insentif kepada pelanggan, yakni menjadi Rp4,9 triliun atau berkurang 32,8 persen secara tahunan.

Bukalapak

E-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga tetap mengacu pada proyeksi sebelumnya untuk tetap mencapai keuntungan pada akhir 2023, terutama menggunakan metrik adjusted EBITDA.

Adjusted EBITDA Bukalapak mencapai Rp-125 miliar pada kuartal kedua tahun 2023, meningkat 65% dari tahun sebelumnya.

Angka tersebut mencerminkan peningkatan sebesar 30% dari proyeksi awal yang diberikan bersamaan dengan hasil kinerja keuangan 2022 dan kuartal pertama 2023, di mana diproyeksikan adjusted EBITDA loss sebesar Rp150 miliar hingga Rp175 miliar untuk kuartal kedua.

Dalam mengejar profitabilitas, fokus Bukalapak adalah mengembangkan bisnis-bisnis dengan take rate yang lebih tinggi dan meningkatkan efisiensi operasional sehingga momentum pertumbuhan jangka panjang terus berlanjut.

Dalam siaran pers, Bukalapak berhasil meningkatkan take rate sebesar 28 basis poin menjadi 2,67% hingga paruh pertama 2023 dari 2,39% pada periode yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh kemajuan dalam penyediaan dan efisiensi rantai pasokan.

“Terdapat potensi lebih lanjut untuk meningkatkan take rate di masa depan karena manfaat dari berbagai produk dengan take rate yang lebih tinggi dapat dirasakan di seluruh platform,” jelas manajemen dalam siaran pers, 31 Juli 2023.

Optimisme tersebut juga terdengar dari penjelasan Presiden Bukalapak Teddy Oetomo.

Teddy menyebut, perusahaan “semakin yakin dalam mewujudkan misi jangka panjang kami meraih keuntungan pada kuartal keempat tahun 2023 setelah mencatat peningkatan adjusted EBITDA selama 6 kuartal berturut-turut."

Teddy menambahkan, manajemen sangat puas dengan hasil kinerja teranyar yang mana perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang kuat dan peningkatan menuju profitabilitas di semua segmen perusahaan, sembari tetap menjaga kondisi keuangan yang kuat.

“Oleh karena itu, kami tetap yakin untuk tetap mengacu pada proyeksi kami dalam mencapai keuntungan pada akhir tahun dengan basis adjusted EBITDA”, jelas Teddy. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement