Di sisi lain, ketegangan perdagangan antara AS dan Uni Eropa kembali meningkat. Negosiator AS mendesak pengurangan tarif sepihak oleh UE, dan mengancam pemberlakuan tarif tambahan sebesar 20 persen jika tidak ada kemajuan. Surat kabar Financial Times melaporkan bahwa dokumen dari Brussel tidak memenuhi ekspektasi Washington.
Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh perkembangan negosiasi nuklir AS-Iran yang kembali digelar di Roma. Menurut Ibrahim, titik krusial dalam pembahasan adalah aktivitas pengayaan uranium oleh Iran. AS mendesak penghentian penuh, sementara Iran tetap bersikukuh pada hak pengayaan untuk kepentingan damai.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas ekonomi atau uang beredar (M2) pada April 2025 tetap tumbuh sebesar 5,2 persen secara tahunan, meski melambat dibanding Maret yang mencapai 6,1 persen. Total uang beredar tercatat sebesar Rp9.390 triliun.
Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,0 persen dan uang kuasi sebesar 2,4 persen. Sementara penyaluran kredit masih tumbuh 8,5 persen, meski sedikit melambat dari bulan sebelumnya. Namun, tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami kontraksi dalam, sebesar 21,0 persen.