IDXChannel – Krakatau Steel catatkan laba bersih USD74,1 juta di kuartal I-2020, diungkapkan Direktur utama PT Krakatau steel (Persero) Tbk (KRAS), Silmy Karim, dalam Market Review IDX Channel, pada Selasa (23/6/2020), hasil tersebut lebih baik dibandingkan kinerja di 2019.
“Meski catatan tahun buku 2019 buruk, untuk mencapai titik itu saya perlu waktu sekitar tiga bulan untuk diagnosa sejak saya bergabung. Kemudian saya lakukan beberapa tindakan di awal tahun 2019 seperti mematikan keran pengeluaran keuangan. Misalnya biaya investasi yang besar kita stop,” jelas Silmy kepada IDX Channel.
Diakui Silmy, dengan strategi yang tepat dilakukan Silmy maka kinerja Krakatau Steel terbukti baik pada kuartal I-2020 dibandingkan tahun sebelumnya. “Dan sampai 2018 hasilnya cukup signifikan khususnya dalam menekan biaya operasional, pengelolaan project, hingga penggunaan optimalisasi daripada penggunaan energy,” klaim Silmy.
Selama Krakatau Steel berdiri, diketahui kinerja tahun ini merupakan awal yang baik. Ditegaskan Silmy, untuk sampai ke titik tersebut perseroan membuat satu dukungan yang juga tentunya memudahkan kinerja perusahaan dalam melakukan tugas dan dengan manajemen yang solid.
“Selain itu, kita sama-sama ingin merapikan dan membereskan permasalahan yang ada. Kemudian, support dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham dan komisaris besar juga mendukung. Dan ini memudahkan bagi kita untuk melakukan hal itu,” sebutnya.
Selain itu, adanya pandemi Covid-19 tentunya memukul berbagai macam sektor dan mengakibatkan pelambatan di beberapa industri yang biasanya menyerap baja di dalam negeri. Hingga saat ini, dampak positif dari adanya pandemi belum terasa Krakatau Steel.
“Dampak Covid-19 itu baru terasa di Q2, market juga kan panic dengan adanya PSBB. Yang jadi problem itu kan distribusi barang menjadi terganggu. Karena pabriknya diberikan izin beroperasi, namun logistik nya tidak. Terkadang orang lupa, bahwa industri baja itu bukan hanya urusan konstruksi, tapi juga di industri industri yang menggunakan baja saat Covid-19 itu terkena dampaknya. Seperti internal otomotif terus kemudian juga elektronik dan atap baja ringan. Termasuk juga galangan kapal,” jelasnya.
Meski demikian, dirinya tetap bersyukur bahwa biaya sudah mulai turun signifikan. “Kemudian ada anak-anak perusahaan yang menopang kinerja induk, ya walaupun bisnsis bajanya hanya terkena dampak yang cukup lumayan. tapi pelabuhan kita yang KBR itu untungnya malah lebih besar,” katanya.
Dan pada Selasa (23/6/2020), ditambahkan Silmy, pihanya meresmikan satu fasilitas terminal yang tercepat dan terbesar. “Ini kan merupakan bisnis yang besar, kemudian Air Industry juga baik sehingga bisnis ini saling mengisi. Sekarang kan bisnis bajanya sendiri semakin efisien. Saya masih ada ruang efisiensi sekitar 25% lagi, dan sampai akhir tahun masih akan saya kejar 20% lagi,” pungkasnya. (*)