Selain itu, adanya pandemi Covid-19 tentunya memukul berbagai macam sektor dan mengakibatkan pelambatan di beberapa industri yang biasanya menyerap baja di dalam negeri. Hingga saat ini, dampak positif dari adanya pandemi belum terasa Krakatau Steel.
“Dampak Covid-19 itu baru terasa di Q2, market juga kan panic dengan adanya PSBB. Yang jadi problem itu kan distribusi barang menjadi terganggu. Karena pabriknya diberikan izin beroperasi, namun logistik nya tidak. Terkadang orang lupa, bahwa industri baja itu bukan hanya urusan konstruksi, tapi juga di industri industri yang menggunakan baja saat Covid-19 itu terkena dampaknya. Seperti internal otomotif terus kemudian juga elektronik dan atap baja ringan. Termasuk juga galangan kapal,” jelasnya.
Meski demikian, dirinya tetap bersyukur bahwa biaya sudah mulai turun signifikan. “Kemudian ada anak-anak perusahaan yang menopang kinerja induk, ya walaupun bisnsis bajanya hanya terkena dampak yang cukup lumayan. tapi pelabuhan kita yang KBR itu untungnya malah lebih besar,” katanya.
Dan pada Selasa (23/6/2020), ditambahkan Silmy, pihanya meresmikan satu fasilitas terminal yang tercepat dan terbesar. “Ini kan merupakan bisnis yang besar, kemudian Air Industry juga baik sehingga bisnis ini saling mengisi. Sekarang kan bisnis bajanya sendiri semakin efisien. Saya masih ada ruang efisiensi sekitar 25% lagi, dan sampai akhir tahun masih akan saya kejar 20% lagi,” pungkasnya. (*)