"Inisiasi Buy TUGU dengan target harga Rp1.600, 40 persen potensi upside plus dividend yield enam persen, atau setara dengan Price to Book Value (PBV) 0,61x tahun 2025," tulis Ryan, dalam riset tersebut.
Menurut Ryan, ada sedikitnya empat katalis utama yang menjadi dasar atas rekomendasi tersebut, seperti potensi pertumbuhan industri, ketentuan permodalan minimal yang mendorong adanya aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A), kemampuan TUGU untuk mempertahankan rasio klaim lebih rendah dari industri serta perusahaan yang konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham.
Masih rendahnya penetrasi asuransi non-Jiwa di Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan sektor asuransi masih terbuka ke depan.
Ryan mencontohkan bahwa penetrasi asuransi non-Jiwa di Indonesia berkisar 0,39 sampai 0,48 persen dari PDB lebih rendah dari Singapura dan Malaysia yang mencapai lebih dari satu persen.
Di sisi lain, pertumbuhan premi dalam beberapa tahun terakhir juga mencapai 9,2 persen. Melihat kinerja TUGU yang positif di 2024, Ryan memperkirakan bahwa pertumbuhan aset TUGU bisa mencapai angka 9,1 persen melampaui pertumbuhan PDB nasional lima persen.
Katalis lain terkait industri adalah ketentuan OJK untuk peningkatan modal minimal asuransi pada 2026 dan 2028.
Ryan menilai kebijakan ini akan mendorong konsolidasi industri. Perusahaan asuransi umum yang dibekingi grup-grup besar dan memiliki modal yang kuat seperti TUGU akan diuntungkan.