IDXChannel – CEO Space X dan Tesla, Elon Musk, bakal kembali mengakuisisi Twitter, setelah membatalkan rencana ini pada Juli lalu.
Adapun nilai akuisisi yang ditawarkan sebesar USD44 miliar atau Rp669 triliun, seperti penawaran yang diajukan pada bulan April tahun ini.
Sebelumnya, Musk berencana mengakuisisi Twitter di awal tahun ini. Disusul dengan langkah Musk di bulan April yang menjadi pemegang saham di Twitter denan mengendalikan 9,2 persen saham platform sosial media tersebut.
Adapun Twitter mencoba menolak tawaran Musk dengan mengancam akan mencairkan kepemilikan saham siapapun yang membeli lebih dari 15 persen saham perusahaan ini.
Akan tetapi, Twitter berbalik arah setelah Musk bersedia menggelontorkan dana yang lebih besar untuk penawaran akuisisi tersebut. Musk juga dilaporkan mendapatkan pendanaan hingga USD25,5 miliar atau setara dengan USD367 triliun untuk kesepakatan ini.
Namun, Musk membatalkan rencananya untuk membeli Twitter pada Juli lalu. Ia beralasan batalnya kesepakatan tersebut karena Twitter tidak mampu menunjukkan bahwa penggunanya yang merupakan bot hingga akun palsu atau spam jumlahnya kurang dari 5 persen dari total pengguna.
Dengan demikian, ia mengajukan dokumen untuk membatalkan kesepakatannya tersebut yang berbuntut pada gugatan Twitter kepada Musk atas pembatalan pembeliannya agar miliarder ini menepati janjinya dalam mengakuisisi Twitter.
Dilansir dari The Washington Post, sidang kasus tersebut akan dilaksanakan di Delaware Court of Chancery pada 17 Oktober mendatang.
Melansir Reuters, Musk mengirim surat kepada Twitter pada Senin (3/10) yang mengatakan bahwa ia bermaksud melanjutkan kesepakatan akuisisi dengan harga awal jika hakim Delaware tetap melanjutkan proses gugatan tersebut.
Menurut juru bicara Twitter kepada Reuters, pihaknya telah menerima surat dari Musk dan akan menutup kesepakatan baru tersebut dengan harga USD44 miliar. Kendati demikian, pihak Twitter belum memberi pernyataan apapun soal tawaran tersebut.
Kontroversi Elon Musk Soal Akuisisi Twitter
Rencana Elon Musk mengakuisisi Twitter diwarnai berbagai kontroversi, pasalnya ia ingin menjadikan twitter sebagai aplikasi yang mewadahi kebebasan berbicara.
Niatan Musk tersebut kemudian menuai pro kontra dari berbagai kalangan di Amerika hingga Eropa, sebab dengan berubahnya Twitter menjadi platform yang ‘bebas’ dikhawatirkan akan melanggengkan penyebaran hoaks, misinformasi, ujaran kebencian, hingga perundungan.
Selain itu, Musk juga pernah mengkritik Twitter karena terlalu banyak menghapus konten penggunanya sebagai dampak dari kebijakan moderasi lalu lintas konten yang diterapkan platform ini.
Padahal, kebijakan ini digunakan untuk kepentingan publik guna mencegah beredarnya konten toksik seperti spam, pornografi, hoaks, hingga ujaran kebencian.
Kontroversi akuisisi tersebut semakin memanas karena pemegang saham lain sempat menggugat Musk dan Twitter karena proses akuisisi yang berlarut-larut sehingga membuat saham Twitter anjlok hingga 12 persen pada waktu itu.