IDXChannel - Pemerintah Indonesia merencanakan komoditas kopi untuk masuk dalam pasar bursa berjangka. Rencana itu mendapat tanggapan positif dari Kopi Expert dan Global Coffee Trader, Moelyono Soesilo.
"Bursa kopi bagus. Bursa kopi cukup tinggi, kalau kita ngomong bursa komoditi London ini rata-rata sehari transaksi sekitar 25 ribu lot. Kalau kita konversikan berat kopi ini sekitar 250ribu ton," kata Moelyono di Central Park Mall, Jakarta Barat, Rabu (11/10/2023).
Moelyono menambahkan, saat ini nilai bursa kopi di London mencapai USD 500 juta.
"Nilainya kurang lebih kalau harga kopi saat ini nilainya itu sekitar USD 500juta. Ini kan nilai besar. Kita gak usah ambil segitulah. Kita bisa ngambil 10 persen kan sudah cukup besar," katanya.
Moelyono mendorong pemerintah untuk mengambil kesempatan penyelenggaraan bursa kopi ini. Pasalnya saat ini tren kopi sedang bergeser di wilayah Asia.
"Kesempatan seperti ini harus kita cepet tangkep karena trennya sedang bergeser di Asia," katanya.
Jika tidak, lanjut dia, nasib Indonesia akan seperti Singapura. Negara tetangga Indonesia itu terpaksa menutup bursa kopinya karrna volumenya tidak mencapai target.
"Kalau gak seperti kemaren. Singapura pada waktu itu sudah jalan satu tahun karena volumenya gak mencapai maka diputuskan ditutup. Kan sayang," katanya.
Saat inu, kata dia, Vietnam sudah melirik Bursa Kopi itu sendiri. Satu lagi ada dari China.
"Bayangin China yang bukan negara kopi tapi dia konsern dengan ini. Jangan sampai kesampatan ini diambil negara lain kan. Sayang," tutupnya..
Untuk diketahui, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah merencanakan agar komoditas kopi masuk dalam pasar bursa berjangka.
Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko mengatakan, Indonesia termasuk sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, sehingga sudah sewajarnya untuk masuk ke dalam bursa berjangka komoditas.
"Dengan masuk ke dalam bursa, Indonesia akan memiliki banyak keuntungan," kata Didid.
Saat ini, penentu harga kopi dunia masih dipegang oleh Brazil dan New York. Hal ini masih sulit untuk dilawan, namun tidak menutup kemungkinan jika Indonesia nantinya bisa menjadi penentu harga kopi global.
"Kita bisa melakukan hedging kemudian future trading dan sebagainya. Itu akan jauh lebih menguntungkan pada masyarakat, petani maupun para produsen kopi nya itu. Tapi saya belum agendakan kapannya," kata dia.
Dari catatan Bappebti , sejak 2020 baik transaksi kopi robusta maupun arabika di Bursa Berjangka Jakarta mengalami tren penurunan. Total transaksi kopi Robusta pada 2020 sebesar 410.259 lot, 489.142 lot pada 2021, dan mengalami penurunan menjadi 335.832 lot pada 2022.
Hal yang sama juga terjadi pada transaksi kopi Arabika pada 2020 sebesar 147.696 lot turun menjadi 116.532 lot pada 2021 dan 82.855 pada tahun 2022.
(NIY)