Saat ini, penentu harga kopi dunia masih dipegang oleh Brazil dan New York. Hal ini masih sulit untuk dilawan, namun tidak menutup kemungkinan jika Indonesia nantinya bisa menjadi penentu harga kopi global.
"Kita bisa melakukan hedging kemudian future trading dan sebagainya. Itu akan jauh lebih menguntungkan pada masyarakat, petani maupun para produsen kopi nya itu. Tapi saya belum agendakan kapannya," kata dia.
Dari catatan Bappebti , sejak 2020 baik transaksi kopi robusta maupun arabika di Bursa Berjangka Jakarta mengalami tren penurunan. Total transaksi kopi Robusta pada 2020 sebesar 410.259 lot, 489.142 lot pada 2021, dan mengalami penurunan menjadi 335.832 lot pada 2022.
Hal yang sama juga terjadi pada transaksi kopi Arabika pada 2020 sebesar 147.696 lot turun menjadi 116.532 lot pada 2021 dan 82.855 pada tahun 2022.
(NIY)