Sementara itu, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global serta tumbuhnya tingkat permintaan nikel, Antam mengungkapkan optimis untuk dapat meningkatkan marjin keuntungan dari segmen operasi Nikel pada 2020.
Hal tersebut didukung dengan upaya ANTAM untuk meningkatkan daya saing usaha melalui implementasi kebijakan strategis terkait inisiatif efisiensi biaya yang tepat dan optimal. Hal tersebut tercermin pada capaian tingkat biaya tunai feronikel Antam sepanjang periode semester I-2020 yang mencapai USD3,33 per pon nikel. Capaian tersebut mengukuhkan posisi Antam sebagai bagian dari kelompok produsen feronikel global berbiaya rendah.
Pengembangan Usaha Antam dan Pergerakan Saham Antam
Terkait dengan proyek pengembangan usaha, saat ini Antam sedang menyelesaikan tahap konstruksi proyek pembangunan pabrik feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara yang memiliki kapasitas terpasang sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel per tahun.
Dalam hal pengembangan hilirisasi komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus dalam pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikembangkan bersama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGAR per tahun (Tahap 1).
Terkait dengan saham Antam, saat ini perseroan menjadi bagian dari Indeks LQ45 dan IDX30 di Bursa Efek Indonesia untuk periode perdagangan Agustus 2020 sampai dengan Januari 2021. Sejatinya Indeks LQ45 dan IDX30 merupakan kelompok saham Perusahaan Tercatat di BEI yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental Perusahaan yaitu kinerja keuangan dan kepatuhan yang baik.