IDXChannel - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) menyebut, serbuan baja impor dari China semakin masif dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi tersebut mengancam eksistensi industri baja nasional.
Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan menilai, industri baja nasional tengah berada di persimpangan jalan. Tanpa perlindungan dan dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia akan terus didera pada impor baja di tengah kapasitas dalam negeri yang mencukupi kebutuhan.
“Regulasi dan kebijakan dari pemerintah serta dukungan dari DPR sangat krusial. Ini bukan hanya soal kepentingan satu perusahaan, tapi tentang menjaga kedaulatan industri strategis nasional,” ujar Akbar lewat keterangan resmi, Kamis (2/10/2025).
Menurut Akbar, tantangan terbesar yang dihadapi industri baja nasional adalah membanjirnya produk baja impor murah, terutama dari China.
Dalam tiga tahun terakhir, ekspor baja China melonjak drastis, dari 67 juta ton pada 2022 menjadi 90 juta ton pada 2023, dan mencapai 117 juta ton pada 2024. Sekitar 50 persen dari ekspor itu mengalir ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Produk baja impor bisa dijual lebih murah hingga 20-25 dolar per ton. Tanpa instrumen perlindungan seperti Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), Safeguard melalui Bea Masuk Imbalan, dan juga Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), produsen lokal akan kesulitan bersaing,” kata Akbar.
Selain itu, kata dia, Indonesia memiliki kapasitas produksi baja yang cukup besar. Bahkan, 80 persen kebutuhan baja nasional bisa dipenuhi dari dalam negeri. Namun, kenyataannya 40-55 persen kebutuhan masih menggunakan produk impor. Hal ini menyebabkan utilisasi produksi industri baja nasional rata-rata hanya mencapai 57 persen.
“Perlunya implementasi tata niaga impor yang optimal agar impor hanya dilakukan jika produksi dalam negeri benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan. Jika tidak diatur, industri baja nasional akan semakin terpuruk,” ujarnya.
Meski tantangan yang dihadapi cukup berat, Krakatau Steel tetap optimistis terhadap masa depan industri baja nasional.
Salah satu strategi utama yang tengah dijalankan perseroan yakni penguatan hilirisasi dan perluasan sinergi lintas sektor. Menurut Akbar, hilirisasi akan membuka peluang besar untuk memperluas rantai nilai produk baja sekaligus menciptakan pasar domestik yang lebih kuat.
“Sinergi dengan sektor perkapalan, militer, transportasi, hingga program pembangunan perumahan rakyat akan menjadi motor baru pertumbuhan industri baja nasional,” katanya.
Salah satu peluang strategis yang tengah dibidik adalah program pemerintah untuk pembangunan tiga juta rumah rakyat. Proyek besar ini diperkirakan akan menyerap baja dalam jumlah signifikan dan menjadi momentum penting bagi penguatan industri baja dalam negeri.
(Rahmat Fiansyah)