Dalam konteks tersebut, Akbar menilai, kemandirian industri nasional perlu diperkuat untuk mendukung Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Kemandirian ini mencakup kemampuan memproduksi kebutuhan strategis sekaligus memastikan rantai pasok tidak bergantung pada fluktuasi pasar global.
Dengan penguatan peran Krakatau Steel sebagai BUMN strategis, kata Akbar, Indonesia memiliki peluang mengendalikan kapasitas produksi baja untuk kebutuhan vital seperti infrastruktur, energi, pertahanan, dan manufaktur. Konsistensi kebijakan serta komitmen terhadap penggunaan produk dalam negeri menjadi fondasi penting untuk mencapai ketahanan industrialisasi.
Pengamat Industri Baja dan Pertambangan, Widodo Setiadharmaji menyebut bahwa persoalan di Prancis merupakan bagian dari distorsi global. Dia melihat struktur pasar global semakin didistorsi oleh selisih biaya dan kebijakan antarnegara.
Widodo turut mencatat bahwa produsen baja Eropa semakin terhimpit oleh rendahnya harga baja China yang memproduksi lebih dari satu miliar ton per tahun, ditambah tekanan biaya energi dan kewajiban pajak karbon. Dia menegaskan bahwa industri baja modern tidak dapat berdiri tanpa dukungan negara, bahkan untuk negara maju sekalipun.
(Rahmat Fiansyah)