Laba dan Penjualan Solid
Laba operasional Toyota Motor untuk kuartal ketiga yang berakhir 31 Desember mencapai 1,68 triliun yen. Angka ini mengalahkan perkiraan laba rata-rata 1,3 triliun yen dalam jajak pendapat sembilan analis yang dilakukan LSEG.
Perusahaan Jepang tersebut menaikkan perkiraan labanya untuk tahun yang berakhir Maret menjadi 4,9 triliun yen (USD33 miliar) dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,5 triliun. Jumlah tersebut jauh di atas perkiraan analis rata-rata sebesar 4,6 triliun yen, menurut data LSEG.
Penjualan jenis mobil hybrid melonjak 46 persen, berkontribusi terhadap kenaikan 11 persen dalam penjualan kendaraan secara keseluruhan.
Mobil jenis hybrid menyumbang sekitar sepertiga dari total penjualan lebih dari 10 juta kendaraan merek Toyota dan Lexus tahun lalu.
Melemahnya mata uang yen, yang telah anjlok sekitar 10 persen terhadap dolar sejak akhir tahun 2022, memperkuat dampak kuatnya penjualan global Toyota.
Berdasarkan geografi, Amerika Utara, menjadi pasar terbesar Toyota berdasarkan volume. Wilayah ini melaporkan pertumbuhan terkuat dengan lonjakan penjualan sebesar 28 persen.
Penjualan kendaraan hibrida meningkat di AS karena konsumen menolak harga kendaraan listrik yang tinggi dan cemas dengan jangkauan mobil listrik.
Permintaan terhadap kendaraan hibrida sangat tinggi sehingga pembeli harus menunggu sekitar satu tahun untuk mendapatkan pengiriman beberapa model. Termasuk di antaranya kendaraan serba guna Toyota Sienna, menurut beberapa dealer di AS.
CFO Miyazaki mengatakan pangsa penjualan kendaraan hibrida meningkat di seluruh pasar termasuk Chinaa, tempat Toyota dan banyak pembuat mobil asing lainnya kesulitan karena meningkatnya persaingan dari pembuat kendaraan listrik lokal. Meski demikian, Miyazaji memperingatkan bahwa Toyota tidak optimis terhadap kondisi di pasar mobil terbesar di dunia.
Pasar dalam negeri Jepang mengalami pertumbuhan penjualan hanya sebesar 5 persen namun melaporkan pendapatan dan margin tertinggi di antara pasar-pasar utama lainnya.
Jepang menyumbang dua pertiga laba kuartalan Toyota dan menghasilkan margin operasi sebesar 20 persen, jauh di atas margin keseluruhan perusahaan sebesar 14 persen dan margin Amerika Utara sebesar 3,4 persen.
Margin keuntungan Toyota sebesar 14 persen bahkan jauh mengungguli Tesla yang hanya sebesar 8,2 persen. Ini karena produsen mobil AS tersebut telah memangkas harga kendaraan di pasar-pasar utama termasuk AS dan China untuk meningkatkan permintaan.
Namun, dengan margin laba operasional yang cukup besar yaitu 14 persen, penjualan Toyota mungkin akan menjadi lebih ketat karena persaingan antar produsen mobil semakin memanas.
“Faktor lainnya adalah prospek (perekonomian) Amerika Serikat, China, dan Asia Tenggara tidak begitu baik,” kata analis Sugiura dikutip Investing.com, Rabu (7/2).
Ia menambahkan, Toyota juga menghadapi kenaikan biaya tenaga kerja terutama di AS dan Jepang.
Toyota mempertahankan posisinya sebagai produsen mobil terlaris di dunia selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2023 setelah membukukan rekor penjualan tahunan sebesar 11,2 juta kendaraan.
Namun perusahaan tersebut sedang bergulat dengan serangkaian skandal di grup perusahaannya. Toyota beberapa waktu lalu sempat menarik penjualan beberapa merk kendaraannya karena manipulasi uji keselamatan yang mengancam reputasinya dalam hal kualitas dan keamanan.
Pimpinan Toyota pekan lalu meminta maaf atas ketidaknyamanan dan kekhawatiran yang disebabkan oleh kesalahan di dua anak perusahaan dan satu afiliasinya.
Perusahaan juga memangkas target penjualan kendaraan tahunan sebesar 150 ribu unit menjadi 9.45 juta kendaraan untuk mencerminkan penangguhan pengiriman dari unit bisnisnya Daihatsu Motor karena penyelidikan skandal sertifikasi keselamatan yang sedang berlangsung.
Imbas skandal tersebut, saham Astra Internasiolan (ASII) yang terafiliasi dengan Toyota di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sempat melemah.
Sejak awal tahun, saham ASII sudah tertekan 6,64 persen di level Rp5.300 per saham. Dalam pekan ini, per 6 Februari, saham ASII menjadi salah satu jajaran saham yang dilego asing dengan nilai mencapai Rp21,3 miliar.
Saham ASII sempat merosot 2,82 persen pada hari Senin (5/2) imbas aksi profit taking. Pada sesi kemarin, saham ASII ditutup menguat 1,45 persen dan pada hari ini menguat 0,95 persen. (ADF)