Di sisi lain, beban bandara tampak masih mengikat perseroan, yang berasal dari biaya pelayanan pesawat dan penerbangan mencapai USD82,9 juta, kemudian beban tiket, penjualan, dan promosi yang naik di angka USD97,69 juta.
Serangkaian beban yang menggunung membuat maskapai pelat merah ini menanggung rugi sebelum pajak senilai USD109,56 juta, alias berbalik dari posisi laba sebelum pajak pada tengah tahun lalu di angka USD4 miliar.
Dari sisi neraca, jumlah aset GIIA per akhir Juni 2023 masih terjaga di kisaran USD6,2 miliar. Utang (liabilitas) tumbuh 1,5 persen mencapai USD7,89 miliar, sehingga mengalami defisiensi modal bersih senilai USD1,61 miliar, bengkak secara tahunan.
Hingga 30 Juni 2023, kas yang digenggam GIAA mencapai USD428,11 juta, berkurang sekitar USD110 juta sejak awal tahun. Selain karena berkurangnya kas dari aktivitas operasional, terdapat pengeluaran untuk aset pemeliharaan dan sewa pesawat, hingga alokasi untuk dana cadangannya.
(DES)