IDXChannel - Sejarah saham ULTJ atau kode emiten milik PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk menarik untuk dibahas sebelum Anda membeli saham di perusahaan tersebut. ULTJ diketahui sudah puluhan tahun berada di BEI.
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang industri dan perdagangan makanan dan minuman. Produk perusahaan mulai dari susu cair, jus, teh dan minuman sehat yang diproses dengan teknologi UHT (ultra-high temperature).
Selain itu, Ultrajaya juga memproduksi konsentrat susu manis, susu bubuk dan minuman konsentrat buah/bubuk buah. ULTJ juga memiliki jaringan distribusi yang cukup luas secara nasional yaitu melalui pedagang modern dan pedagang tradisional di 65.000 toko dan 55 distributor di luar pulau Jawa.
Sejarah Saham ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) didirikan oleh Ahmad Prawidjaja sekitar 50 tahun yang lalu. Baru pada 2 November 1971 dan mulai beroperasi pada 1974. Perusahaan ini awalnya memproduksi produk rumah tangga pada 1958, namun kemudian menjadi perusahaan publik pada 1971.
Awalnya, ULTJ hanya memproduksi susu di sebuah rumah sederhana di Jalan Tamblong Dalam Kota Bandung. Kini ULTJ bisa dikatakan mengungguli segmen susu cair lainnya dengan produk Ultra Milknya.
PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) menyelesaikan IPO pada tanggal 15 Mei 1990 dengan menerbitkan 6.000.000 sahamnya kepada publik. Harga saham saat itu Rp1.000 per saham. ULTJ kemudian mencatatkan sahamnya di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 2 Juli 1990 dengan harga penawaran Rp7.500 per saham.
Jadi kalau dihitung-hitung, saham ULTJ sudah ada di BEI selama 32 tahun. Setelah IPO dan listing BEI, saham ULTJ mengalami beberapa penambahan saham dan stock split.
Laporan Keuangan ULTJ
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), pemilik merek Ultra Milk, Teh Kotak, Sari Kacang Ijo, Sari Asem Asli dan Ulta Mini, mengalami penurunan laba bersih dalam sembilan bulan pertama tahun ini.
Merujuk pada data laporan keuangan ULTJ, Perseroan membukukan laba Rp834,68 miliar hingga kuartal III 2022. Perolehan ini turun 8,31% dibandingkan laba ULTJ sebesar Rp910,38 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini terjadi meski pendapatan ULTJ meningkat 18,48% dari Rp4,79 triliun pada Januari-September 2021 menjadi Rp5,67 triliun pada periode yang sama tahun ini. Di sisi lain, biaya produksi ULTJ meningkat menjadi Rp3,81 triliun dari sebelumnya Rp3,09 triliun. Beban usaha perseroan juga meningkat menjadi Rp791,43 miliar. (SNP)