Namun, krisis keuangan 1997-1998 menjadi ujian berat. Bisnisnya goyah akibat jeratan utang luar negeri. Bank Andromeda pun dilikuidasi pada 1997, dan perusahaan-perusahaan miliknya harus menjalani restrukturisasi utang secara besar-besaran.
Akan tetapi, Prajogo tak menyerah. Pada 2007, ia berhasil mengakuisisi mayoritas saham PT Chandra Asri dan PT Tri Polyta pada 2008. Keduanya kemudian melebur menjadi Chandra Asri Petrochemical—kini dikenal sebagai Chandra Asri Pacific (TPIA)—pada 2010.
Kini, Prajogo Pangestu telah menjelma menjadi salah satu pemain utama di sektor petrokimia, batu bara, energi terbarukan, hingga properti. Menurut data Forbes, kekayaannya diperkirakan mencapai USD 25,3 miliar atau setara dengan Rp411,76 triliun (asumsi kurs Rp16.275 per USD), menjadikannya orang terkaya kedua di Indonesia setelah sempat menduduki posisi teratas sepanjang tahun 2024.
Ia bahkan sukses membawa sejumlah unit bisnisnya melantai di bursa. Emiten-emiten yang terafiliasi dengannya antara lain PT Barito Pacific Tbk (BRPT), TPIA, PT Barito Renewables Energy (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Teranyar, PT Chandra Daya Investasi (CDI), anak usaha TPIA, tengah bersiap melantai di bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) yang dinanti banyak investor pada 2025. (Aldo Fernando)