IDXChannel - Kamu pasti pernah belanja di supermarket atau minimarket? Ya, toko ritel modern semakin menjamur. Bahkan saking banyaknya hampir ada di setiap pengkolan kawasan perumahan.
Gerai ritel modern ini sering disebut minimarket. Jumlahnya tak terhitung lagi, karena ada pengelola yang menerapkan sistem kemitraan atau dikenal dengan waralaba alias franchise untuk mengembangkan jaringannya.
Sejumlah pengelola toko ritel modern tercatat sudah ada yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menjadi perusahaan publik dan sahamnya digenggam investor berbagai kalangan, termasuk investor individu atau ritel.
Di BEI, toko ritel modern ini masuk dalam sektor consumer non cyclical atau barang konsumen primer. Sementara subsektor dan kategori industri masuk ke food & staples retailing atau perdagangan ritel barang primer. Sedangkan sub industrinya supermarket and convenience store atau minimarket.
Nah, kamu jangan cuma jadi konsumen terus. Coba deh buat jadi investor atau pemegang saham pengelola supermarket atau minimarket ini supaya kecipratan cuan dari dividen maupun kenaikan harga sahamnya.
Berikut lima emiten supermarket terbesar di BEI berdasarkan kapitalisasi pasarnya:
1. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
Sumber Alfaria Trijaya adalah pengelola jaringan Alfamart. Emiten di bawah asuhan konglomerat Djoko Susanto itu tercatat memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp112,17 triliun.
AMRT masuk dalam daftar 50 emiten dengan kapitalisasi terbesar di BEI, tepatnya berada di peringkat ke-13 per Juli 2023. Posisinya di bawah ICBP, namun berada di atas HMSP dan UNTR.
Perseroan membukukan laba bersih senilai Rp1,6 triliun pada semester I-2023. Realisasi itu tumbuh 28,63 persen dibandingkan periode sama tahun 2022 senilai Rp1,25 triliun.
Dari sisi topline, pendapatan usaha AMRT naik 12,41 persen yoy mencapai Rp53,83 triliun. Per 30 Juni 2023, total aset perseroan sebesar Rp33 triliun atau naik dibanding akhir Desember tahun lalu yang sebesar Rp30,75 triliun.
Pada perdagangan Jumat (18/8), saham AMRT ditutup koreksi 1,36 persen ke 2.900. Meski demikian, saham tersebut sudah menguat 4,32 persen dalam sepekan terakhir, bahkan mendaki 9,43 persen secara year to date (ytd).
2. PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI)
Midi Utama Indonesia masih terafiliasi dengan AMRT. MIDI merupakan anak usaha Sumber Alfaria Trijaya. Perseroan adalah emiten pengelola Alfamidi yang juga milik Djoko Susanto.
MIDI mencatatkan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp15,25 triliun. Total aset per akhir Juni tahun ini mengalami kenaikan menjadi Rp7,2 triliun dari akhir 2022 yang sebesar Rp6,9 triliun.
Perseroan mendulang pendapatan neto sebesar Rp8,65 triliun di semester I-2023 atau naik 12,92 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,66 triliun.
Raihan tersebut mengantarkan MIDI mengumpulkan peningkatan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 33,95 persen dari Rp193,54 miliar pada enam bulan pertama 2022 menjadi Rp259,26 miliar di medio 2023.
Saham MIDI terparkir di zona merah dengan pelemahan sebesar 0,46 persen ke 434. Saham MIDI dalam sepekan susut 6,47 persen, namun melonjak 47,98 persen sejak awal 2023 sampai dengan saat ini.
3. PT Hero Supermarket Tbk (HERO)
Emiten ritel pengelola jaringan Hero, Guardian, dan IKEA ini memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp5,44 triliun.
HERO belum merilis laporan keuangan kuartal II-2023. Namun perseroan menyerok laba bersih sebesar Rp152 miliar di kuartal I-2023. Capaian tersebut berbalik karena pada kuartal I-2022, Hero Supermarket membukukan rugi sebesar Rp67 miliar.
Sementara pendapatan bersih tercatat naik 17 persen dari Rp1 triliun di tiga bulan pertama tahun lalu menjadi Rp1,17 triliun pada Januari-Maret 2023.
Sementara jumlah aset per 31 Maret ini sebesar Rp6,914 triliun atau naik tipis dari Rp6,910 triliun per 31 Desember 2022.
Saham HERO stagnan di level 1.300 pada penutupan perdagangan Jumat lalu (18/8). Secara year to date, saham HERO merosot 13,33 persen.
4. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA)
Emiten pengelola Hypermart, Matahari Putra Prima (MPPA) adalah milik James T. Riady, anak dari taipan Mochtar Riady, pendiri Group Lippo.
Perseroan tercatat memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp1,15 triliun. Total aset MPPA per akhir Juni ini mengalami penurunan menjadi Rp3,58 triliun dari realisasi akhir tahun lalu sebesar Rp3,78 triliun.
Untuk penjualan bersih pada paruh pertama 2023, terjadi penurunan tipis menjadi Rp3,70 triliun dibanding semester I-2022 yang sebesar Rp3,72 triliun.
Meski demikian, perseroan tetap saja masih mengalami rugi bersih walaupun jumlahnya menyusut. Rugi bersih MPPA dari Rp158,6 miliar di semester I-2022 menjadi Rp145,38 miliar pada enam bulan pertama ini.
Saham MPPA berakhir menguat 1,16 persen ke 87 pada penutupan perdagangan jelang akhir pekan ini (18/8). Pun dalam sepekan terakhir, saham MPPA naik 3,57 persen, tetapi melorot 32,03 persen secara year to date.
5. PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC)
Supra Boga Lestari (RANC) adalah emiten milik Group Djarum. Perseroan menaungi Ranch Market dan Farmers Market dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp1,06 triliun.
Menilik laporan keuangannya, RANC membukukan total aset sebesar Rp1,25 triliun per akhir Juni 2023. Jumlah ini turun dibanding realisasi akhir Desember lalu yang sebesar Rp1,35 triliun.
Perseroan masih tercatat mengalami rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp42,57 miliar pada semester I-2023. Angka ini turun dibanding rugi sebelumnya di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp51,05 miliar.
Rugi masih terjadi karena pendapatan bersih RANC di semester I ini menciut jadi Rp1,45 triliun dari medio 2022 yang sebesar Rp1,5 triliun.
Saham RANC naik lebih tinggi dengan penguatan 3,97 persen ke 655 pada penutupan sesi II perdagangan Jumat (18/8). Saham RANC sudah menguat 0,77 persen dalam sepekan, namun masih terkoreksi 19,63 persen sejak awal tahun sampai saat ini (ytd).
(FAY)