sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Lockdown Diperketat, Bursa Saham China dan Hong Kong Anjlok

Market news editor Dinar Fitra Maghiszha
06/05/2022 18:12 WIB
Bursa saham China dan Hong Kong mengalami penurunan cukup signifikan pada perdagangan akhir pekan, Jumat (6/5/2022).
Lockdown Diperketat, Bursa Saham China dan Hong Kong Anjlok (Dok.MNC)
Lockdown Diperketat, Bursa Saham China dan Hong Kong Anjlok (Dok.MNC)

IDXChannel - Bursa saham China dan Hong Kong mengalami penurunan cukup signifikan pada perdagangan akhir pekan, Jumat (6/5/2022). Ini terjadi menyusul rencana Beijing memperketat kebijakan 'zero-Covid' di sejumlah wilayah demi menahan laju penyebaran virus corona.

Data penutupan perdagangan menunjukkan Shanghai Composite China (SSEC) anjlok -2,16% di 3.001,56, sementara Hang Seng Index Hong Kong (HSI) tertekan -3,81% di 20.001,96. Adapun yuan China juga merosot tajam hingga menyentuh level terendahnya sejak November 2020.

Indeks Hang Seng Tech terpuruk lebih dari -5%, sementara saham-saham big caps seperti Alibaba Group, Tencent dan Meituan kompak merosot tajam.

China tak main-main untuk persoalan Covid-19. Negara ini tengah bersikeras mengatasi penyebaran laju virus corona dengan menerapkan kebijakan lockdown.

Dalam sebuah siaran televisi, pemerintah China mengatakan bakal menindak seluruh komentar dan tindakan apa saja yang mendistorsi, meragukan, bahkan menyangkal kebijakan pembatasan ini. Pengumuman tersebut disebarkan setelah adanya pertemuan Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China, sebuah badan tertinggi pembuat keputusan.

Kebijakan tangan besi ini tampaknya menjadi perhatian pasar global. Pasalnya, China sebagai salah satu negara adidaya memberi dampak yang cukup besar bagi jalannya perekonomian dunia.

"Ekonomi hampir tidak disebutkan pada pertemuan itu. Ini menunjukkan bahwa Beijing mungkin lebih bertekad untuk mempertahankan strategi nol-COVID," kata Nomura dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Jumat (6/5/2022).

Di bawah kebijakan "nol-COVID" yang kontroversial, China telah mengunci kota-kota besar termasuk Shanghai. Akibatnya, produksi menjadi terpukul, mengganggu rantai pasokan, dan mengipasi kekhawatiran pasar atas resesi.

“Orang-orang khawatir tentang kebijakan nol-COVID dan penguncian kota-kota besar,” kata Direktur Eksekutif Penjualan UOB Kay Hian, Steven Leung, di Hong Kong. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement